Gorontalo, (regamedianews.com) – Masyarakat Kabupaten Gorontalo semestinya sangat senang dan bahagia dengan adanya Program Kementrian Pertanian, melalui Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan yang memberikan bantuan berupa Bantuan Ayam Super dengan anggaran kurang lebih 16 miliar dan bersumber dari Dana APBN 2019.
Betapa tidak, dengan anggaran kurang lebih 16 miliar dan masing-masing 50 ekor ayam yang di terima oleh setiap Kepala Keluarga RTMP (Rumah Tangga Miskin Pertanian), tentu saja bantuan ini akan meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian mereka sebagai penerima bantuan.
Tapi sangat disayangkan, bantuan ayam super tersebut banyak yang mati setelah diterima oleh RTMP. Ironisnya lagi, bantuan itu belum semua tersalurkan, karena baru sekitar 75% yang terdistribusi pada tanggal 13 Desember 2019 kemarin.
Baca Juga kades morbatoh sampang manfaatkan dana desa 2019 bangun tpt dan saluran
Ketua LSM GERAK (Gerakan Keadilan Rakyat), Ali Syahab saat di wawancarai oleh awak media ini mengatakan, di Desa Puncak dan Bukit Aren, Kecamatan Pulubala, sudah hampir 4 bulan, bantuan ayam itu tidak kunjung datang, padahal kandang ayam yang mereka buat sudah selesai semua di kerjakan dan siap di tempati.
“Penerima bantuan Ayam Super ini diberi waktu seminggu untuk membuat kandang, dan setelah pembuatan kandang selesai, seminggu kemudian lagi dijanjikan bantuan ayam ini akan di distribusi, tapi sampai dengan saat ini, sudah hampir empat bulan ayam itu tak kunjung datang juga”, tegas Ali, Minggu (19/01/2020).
“Kalau di Desa Helumo, Kecamatan Mootilango, Kabupaten Gorontalo, ada 190 RTMP yang ayamnya mati, dan yang hidup cuma sekitar 4 sampai 5 ekor dari masing-masing 50 ekor tiap Orang, dan penyebab ayam mati ini karena rata-rata tidak ada pendampingan dari pihak Kontraktor”, tambah Ali Syahab.
Parahnya lagi, menurut Ali, tidak ada bentuk sosialisasi ke masyarakat, bahwa jika ada ayam yang mati dalam satu atau tiga hari setelah di distribusi, diharuskan melapor ke petugas, karena sesuai juknis disebutkan bahwa ayam yang mati dalam 1 atau 3 hari akan diganti. Maka menurut Ali, ada indikasi pihak Kontraktor terkesan lepas tangan atau tidak ingin melakukan ganti rugi.
Sementara Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gorontalo, Vemy Waty Umar saat di konfirmasi menyatakan, bantuan tersebut sumbernya dari APBN, jadi tidak ada tanggung jawab di APBD Kabgor, dan pihak Provinsi yang bisa menjawab masalah ini.
“Mengenai kematian ternak, dimana-mana unggas itu lebih rentan terhadap penyakit dibanding ternak yang lebih besar, apalagi dengan cuaca seperti ini, apalagi RTMP sebagai penerima bantuan ini memang belum pernah sama sekali memelihara ayam dengan jumlah yang cukup besar, mungkin itu yang jadi problem, dan mengenai 75% yang baru tersalurkan, saya dengar kabar dari Provinsi ada lanjutannya dan akan diselesaikan, ditunggu saja, karena namanya bantuan, masyarakat tinggal tahu menerima, dan Alhamdulillah kita dapat, karena tidak semua Provinsi yang dapat bantuan ini”, papar Vemi.
Baca Juga polisi incar dua dpo pelaku curanmor di sampang
Menurut Vemi, namanya ternak unggas, mortalitas untuk angka kematian sangat tinggi, apalagi mereka bukan peternak yang sudah pengalaman, tapi pemula semuanya dan mereka adalah rumah tangga miskin yang bukan peternak.
“Cuma 4 atau 5 ekor yang hidup, tidak masuk di akal, karena kemarin teman-teman turun lapangan, masih banyak yang hidup, memang ada yang mati, tapi tidak sebanyak itu, mungkin itu laporan yang bohong, kalau mati, wajarlah mati, apalagi masih umur 1 bulan, artinya rentan dengan serangan penyakit, bisa juga iklim, cuaca, keadaan setempat dan pemeliharaannya”, tambahnya.
“Harapan saya untuk masyarakat miskin agar bisa memelihara ayam dengan baik untuk mencukupi kebutuhan makanan telur dan daging ayam, sehingga bisa berkembang dan bisa mensejahterakan masyarakat Kabupaten Gorontalo”, tutup Vemi Umar. (onal)