Sampang || Rega Media News
Biaya rawat inap Klinik Qona’ah yang terletak di Jl. Diponegoro, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, dikeluhkan warga karena dinilai sangat mahal.
Pasalnya, biaya tindakan rawat inap pasien atas nama Baniyah (55 th) warga asal Desa Banjar Talela, Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang, di Klinik tersebut mencapai Rp 80 juta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Nota tagihanpun langsung viral di media sosial WhatsApp dan sempat menjadi perbincangan hangat, di salah satu grup yang berisi insan pers dan aktivis di Sampang, Selasa (06/07/21) malam.
Saat tim regamedianews.com mencoba menelusuri kebenaran informasi tersebut, keluarga pasien Firman Hadi mengaku semua biaya pelayanan kesehatan sangat mahal.
Mulai dari rawat inap, opname, hingga obat-obatan dan terpaksa pihaknya membawa pulang pasien yang diketahui pemegang Kartu Indonesia Sehat (KIS) tersebut karena keterbatasan biaya.
“Pasien ini dibawa pulang, karena keterbatasan biaya yang pertama mencapai Rp 90 juta, terus turun Rp 80 juta dan 72 juta, terakhir dikasih potongan dan kami sepakat disuruh bayar 30 juta,” ujar Firman kepada beberapa jurnalis di Sampang, Rabu (07/07).
Lebih lanjut Firman mengatakan, pasien tersebut awalnya sakit sesak, pertama di rawat di Puskesmas Camplong, belum ada perkembangan, karena disana keterbatasan oksigen disuruh rujuk ke RSUD dr Mohammad Zyn Sampang, karena jamannya Covid-19 ada inisiatif dibawa ke Klinik Qona’ah.
“Awal mulanya mau pakai BPJS ditolak, karena dikatakan pasien Covid-19. Setelah ada rundingan dengan dokter disini bisa dengan biaya itu. Kami orang tidak punya, Alhamdulillah dari awal disuruh bayar Rp 90 juta turun menjadi Rp 30 juta,” tukasnya.
Menanggapi hal itu, Direktur Klinik Qona’ah dr. Hendri mengaku, pihaknya sudah menjelaskan kepada pasien dan ia datang kesini karena memang keinginan pribadi mereka.
“Kita sudah sampaikan untuk sebaiknya berangkat ke rumah sakit, karena berhubung disana bisa menggunakan fasilitas pemerintah, tapi karena pasien cukup memaksa ia kami layani,” ujar dr. Hendri.
Lanjut Hendri menuturkan, diakhir pengobatan pihaknya sudah sampaikan terkait pembiayaan, ternyata keluarga pasien tidak mampu melakukan pembayaran rawat inap sekitar 15 hari.
“Dengan kebijakan dari direksi, kami menerima dan kekurangan pembayaran kami anggap sedekah dari Klinik Qonaah,” tuturnya.
Saat ditanya terkait gejala yang diderita pasien, pihaknya mengaku mungkin hampir mendekati Covid-19 dan pihak keluarga pasien tetap memaksa untuk melakukan perawatan itu.
“Kami hanya niatnya untuk menolong, karena sifatnya rumah sakit sudah penuh dengan kebijakan penuh itu kita diberi kesempatan, untuk sambil menunggu antrian perujukan, supaya nanti ketika antrian sudah kosong kita bisa pindah kesana. Tiap kali posisi kita melakukan perujukan kesana, tapi pihak keluarga tidak berkenan,” paparnya.
Ia menegaskan, pihaknya tetap menerima BPJS. Tapi, untuk masalah seperti ini BPJS tidak menerima klaim klinis yang suspec ke arah sana.
“Saran kami itu harus dibawa ke rumah sakit, karena dari awal penanganan harus dibawa ke rumah sakit,” pungkasnya.