Blitar, (regamedianews.com) – Tribun Amphitheater Candi Penataran Kabupaten Blitar di padati ribuan penonton, Kamis (11/07/2019) malam. Masyarakat datang dari berbagai daerah khususnya sekitar Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar.
Bahkan ada yang dari Kabupaten Kediri. Mereka berbondong-bondong untuk menyaksikan Ludruk Blitaran yang mengambil lakon Ragil Kuning, Bupati Blitar Rijanto sebagai aktor utama yang memerankan Demang Banjarsari.
Dalam cerita atau (lakon) ludruk tersebut di Jajaran Forkopimda juga memerankan peran dan aktingya masing-masing, seperti Kapolres Blitar sebagai Prabu Amiluhur, Kepala Pengadilan Negeri sebagai juru pengadil, Kepala Kejaksaan Negeri sebagai Jeksa Negari, Dandim 0808/Blitar sebagai patih, Danyonif 511/DY sebagai Manggala Yudha, Kapolres Blitar Kota sebagai Lurah Banjarsari dan Lusy Brahman dari Ponorogo sebagai bintang tamunya.
Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Blitar, Suhendro Winarso mengatakan, Ludruk Blitaran yang digelar mengambil lakon Ragil Kuning yang merupakan rangkaian cerita Panji.
“Kisah cerita Ragil Kuning ini, menceritakan tentang Kerajaan Jenggala Kadhiri yang memiliki putra mahkota bernama Panji Asmoro Bangun dan mempunyai saudari cantik jelita bernama Ragil Kuning”, terangnya.
Panji Asmoro Bangun yang akan menjadi putra mahkota kerajaan Jenggala benar-benar menyiapkan dirinya, sebelum menjadi raja untuk melihat kehidupan masyarakat jelata dengan menyamar menjadi orang buruk rupa dan mengenalkan dirinya sebagai Entit. “Panji Asmoro Bangun yang menyamar menjadi Entit yang buruk rupa, namun hatinya baik dan seorang pekerja keras”, ujarnya.
Cerita Ragil Kuning ini mengisahkan tentang Kerajaan Jenggala Kadhiri yang memiliki putra mahkota yang bernama Panji Asmoro Bagun. Di suatu hari kebetulan Entit bertemu dengan Ragil Kuning yang sebenarnya adiknya sendiri. Disini si Entit seakan-akan jatuh cinta pada Ragil Kuning dengan maksud menguji kesetiaan adiknya dengan calonnya yang bernama Panji Gunungsari.
“Disinilah terjadi dialog penuh intrik antara si Entit dengan Panji Gunungsari. Hingga terjadilah pertempuran antara Entit dengan Panji Gunungsari. Dan ditengah pertempuran tersebut penyamaran Panji Asmoro Bangun sebagai Entit terbongkar”, ungkap Suhendro Winarso mengakhiri runtut ceritanya.
Dikatakanya, Ludruk ini merupakan persembahan Forkopimda dan Bupati Blitar untuk membangkitkan ludruk Blitaran, ludruk merupakan kesenian rakyat yang pernah populer dan diharapkan bisa nostalgia atau mengulang sehingga bisa dinikmati kembali oleh masyarakat.
“Diharapkan kesenian ludruk bisa berkembang, semakin digemari masyarakat, selain itu memang media seni ini menggambarkan kedekatan pemimpin dengan rakyat semakin nyata. Sebagai media informasi yang tentunya untuk bisa, menyampaikan program-program pemerintah, supaya masyarakat betul-betul memiliki Blitar ini”, ungkap Suhendro. (mst)