Sampang || Rega Media News
Bagi sebagian warga Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang, Madura, mungkin tokoh sepuh yang satu ini tak akan asing, selain namanya yang juga familiar, gaya berpakaian yang nyentrik membuat dirinya sangat mudah dikenali.
Sumarrah begitulah namanya dipanggil, pria yang lahir sekitar tahun 1909 Masehi ini saat ini memang sudah tidak muda lagi.
Tokoh blatir Kecamatan Robatal itu kini sudah berusia sekitar 111 tahun, namun tak ada sedikitpun menunjukkan rasa lemah seiring usianya.
“Saya lahir sekitar tahun 1909 masehi,” ujarnya kepada regamedianews, Selasa (27/10/20).
Dalam kesehariannya Sumarrah dikenal nyentrik, gaya berpakaiannya tak lepas dengan pakaian adat Madura, yakni pesa’ dan odheng.
Odheng yang dipakainya merupakan odheng kuno asli terbuat dari kulit sapi, yang sangat mengkilap dan sudah sangat jarang ditemui dipasaran pada umumnya.
“Ini tukang cucinya sekarang tinggal satu orang di Bangkalan, karena dicuci khusus,” imbuhnya.
Sumarrah dikenal bukan hanya karena blatirnya, namun karena tak jarang dirinya dijadikan tokoh dan tempat berembuk untuk menjadi penengah dalam menyelesaikan permasalah.
Pria yang juga kolektor cincin antik yang memiliki anak sekitar 12 orang itupun bercerita tentang kehidupannya yang menjadi saksi hidup proses perjuangan pertiwi hingga merdeka.
“Saya masih ingat waktu jaman Gurka, jaman itu sebelum kompeni,” tuturnya.
Menurutnya, zaman Gurka dulu adalah zaman dimana ada campur tangan Amerika sebelum penjajahan Belanda dan Jepang, namun waktu itu menurutnya sudah merencanakan infrastruktur jalan.
Pria berumur yang saat ini masih terlihat bugar itupun menceritakan bagaimana di Kecamatan Robatal dulu hanya dipimpin oleh satu Kepala Desa yang bernama Amze atau yang dikenal dengan sebutan bhujuk Angris.
“Dulu 16 klebunan (Kades) hanya dipimpin satu orang,” ungkapnta.
Sumarrah juga bercerita tentang tokoh yang saat itu terkenal dalam upaya melawan para penjajah demi mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang ada di Kecamatan Robatal.
“Dulu ada namanya Pak Marsari Saadin, Pak Mursinten/Mursadin,” tutupnya. (md/Zn)