Madura || Rega Media News
Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) sangat berdampak buruk terhadap masyarakat, terutama dalam segi pendidikan dan perekonomian. Hal ini dikatakan Aktivis Pendidikan dan Motivator Muda asal Madura, Taufik Hidayah S.Ikom.
Menurutnya, ada beberapa hal yang terjadi selama pandemi covid-19, salah satunya tidak diberlakukannya belajar mengajar secara face to face (tatap muka), meski hal itu untuk mencegah penyebaran covid-19.
“Namun, dalam hal ini Pemerintah memberlakukan belajar mengajar dilakukan secara daring, akan tetapi belajar secara daring hanya dapat dilakukan pelajar yang memiliki smartphone,” ujar pria asal kelahiran Sokobanah Sampang ini.
Oleh karena itu, kata Taufik, ia berharap kepada pemerintah daerah, provinsi maupu pusat, agar segera memberlakukan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka, tapi tetap tidak lepas dari penerapan protokol kesehatan (prokes).
“Karena terlalu lama tidak masuk sekolah, akibatnya karakter anak atau pelajar mengurangi jiwa kesosialannya, banyak perubahan dari segi beretika dan perilaku yang tidak baik,” ungkap Taufik.
Hal itu terjadi, lanjut Taufik, karena selama tidak masuk sekolah lebih banyak bermain atau menggunakan Handphone, dampaknya pemborosan terhadap keuangan orang tua. Pada intinya, banyak dari kalangan pelajar selama pandemi covid-19 berkurang dari kata belajar.
“Belajar secara face to face sangatlah penting, karena jika belajar hanya dilakukan secara daring pasti ada kendala. Sebelumnya, selama pandemi covid-19 saya kerap turun ke desa-desa untuk memberikan motivasi kepada pelajar agar tetap belajar, demi kedepannya menjadi generasi emas bangsa,” ucapnya.
Selain itu, kata motivator muda asal Sampang Madura ini, pandemi covid-19 bagi para Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan disekitar sekolah adalah bencana dalam perekonomian.
“Sebelumnya mendapat penghasilan tetap, kini penghasilannya menurun drastis, karena sudah tidak berjualan lantaran belajar mengajar disekolah tidak diberlakukan,” tandasnya.
Jadi, imbuh Taufik, pihaknya berharap kepada pemerintah agar mempertimbangkan kembali, serta berharap sesegera mungkin memberlakukan aktivitas belajar mengajar secara tatap muka di sekolah.
“Karena selain berdampak buruk terhadap karakter pendidikan pelajar, juga berdampak buruk terhadap perekonomian masyakarat, terlebih para PKL yang ada disekitar sekolah.
Hal senada juga dikatakan salah satu anggota DPRD Bangkalan Nur Arif, ia berharap pemerintah untuk segera menerapkan belajar mengajar secara face to face, meski ditengah pandemi covid-19 dan tetap terapkan prokes.
“Saya berharap pemerintah segera mencari solusi untuk diberlakukan kembali pembelajaran tatap muka langsung. Namun, sistem Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tetap dikombinasikan antara pembelajaran jarak jauh dengan tatap muka,” ujarnya.
Nur Arif juga tidak dapat memungkiri, pembelajaran jarak jauh itu sangat tidak efektif. Ada beberapa efek buruk yang dapat memengaruhi siswa. Semisal menurunkan imun sosial siswa dan cenderung terkesan egois. Sebab, siswa/pelajar tidak mau tau dengan lingkungan sosialnya.
“Terbiasa dengan pembelajaran daring dan kerap menyentuh gawai. Dampaknya, berpotensi adanya fenomena putus sekolah, karena sebagian siswa/pelajar ada yang fokus ikut membantu orangtuanya bekerja,” pungkasnya. (sfn/red)