Daerah  

Penyerapan Dana PEN Tahun 2021 Gorontalo Tak Capai Target

Caption: Kabag Pembangunan dan Ekonomi Kabupaten Gorontalo (Muh. Erwan Tone).

Gorontalo || Rega Media News

Kepala Bagian (Kabag) Pembangunan dan Ekonomi Kabupaten Gorontalo, Muh. Erwan Tone, mengungkapkan penyerapan dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Tahun 2021 di Kabupaten Gorontalo, belum mencapai target 90%.

Hal itu diungkapkan Erwan, saat ditemui regamedianews.com di ruang kerja Kabag Pembangunan dan Ekonomi Kabupaten Gorontalo, Senin (03/01/2022).

Menurutnya, penyebab dana PEN Tahun 2021 di Kabupaten Gorontalo belum terserap maksimal, adalah realisasi pengerjaan fisik paket kegiatan yang dibiayai oleh dana PEN Tahun 2021, belum sesuai dengan uang muka yang sudah dicairkan kepada rekanan.

“Jadi kendala yang ada, rekanan ini progres mereka masih kecil untuk menagih uang. Kalau dia menagih fisik 35%, maka syarat PEN yang ada, yang bisa dia terima uang cuman tinggal 5%, karena 30 sudah dia ambil lebih dulu uangnya. Kalau dia fisik 35%, maka keuangannya harus potong seluruh yang dia terima pertama,” tutur Erwan.

Ia menjelaskan, terkait hal ini pihaknya telah berupaya mendorong pihak ketiga yang mengerjakan paket kegiatan yang dibiayai oleh dana PEN Tahun 2021. Sehingga, pembayaran terhadap tagihan mereka atas pengerjaan paket kegiatan itu bisa lebih banyak.

“Kita upayakan dorong mereka, untuk mempercepat terlebih dulu pengerjaan fisik pekerjaannya. Supaya, banyak uang yang mereka bisa terima, selisih dari yang sudah dia terima lebih dulu. Itulah yang menyebabkan, kenapa sampai dengan tanggal 31 Desember 2021, keuangan yang terserap di PEN ini belum sampai 90%. Karena hitungan PEN itu seluruh totalitas,” jelas Erwan.

Lebih lanjut dijelaskannya, faktor yang menyebabkan lambatnya pengerjaan fisik oleh pihak ketiga, dikarenakan bencana yang sempat melanda Kabupaten Gorontalo, pada bulan-bulan terakhir di tahun 2021 yang lalu.

“Kemarin sempat ada banjir, ada beberapa paket yang terkena banjir, contohnya ada di Panggubuhu, ada di Yosonegoro, ada di Dutulanaa. Selai itu, karena cuaca, jadi beberapa bulan kemarin kan hujan, lebih banyak hujannya daripada panasnya. Itu kan mempengaruhi pekerjaan jalan,” jelas Erwan lagi.

Selanjutnya ia menerangkan, faktor penyebab selanjutnya adalah ketersediaan material seperti batu dan aspal. Rata-rata pihak ketiga ada beberapa yang tidak memiliki Asphalt Mixing Plant (AMP) dan tidak memiliki stone crusher (Pemecah batu).

“Jadi mereka musti membeli. Maka mereka otomatis mau membeli, pasti Si yang memiliki AMP dan stone crusher, dia pasti dahulukan dia punya dulu paketnya. Kan hanya beberapa yang punya AMP dan stone crusher. Kalaupun dia mau membeli, harus antri dulu, yang kedua dia harus ada uang tunai (Cash). Material satu lagi aspal, kan kalau mau membeli aspal pasti harus cash dulu,” terangnya.

Kemudian diterangkannya, faktor penyebab berikut adalah harga dari material, yang dibutuhkan untuk pengerjaan paket kegiatan tersebut, yang sewaktu waktu berubah dari harga yang ada pada penawaran sebelumnya oleh pihak ketiga.

“Bisa saja harga berubah. Dari harga dipenawaran kemarin dengan harga dia beli saat sekarang, bisa saja berbeda. Itu ada beberapa kenaikan harga, itu juga yang menjadi kendala. Informasi kemarin pada bulan desember, aspal sempat naik, dan semen. Sementara, harga mereka yang ada di penawaran, sesuai dengan harga di penawaran mereka saat itu,” terang Erwan lagi.

Faktor terkahir sebut Erwan, penyebab terlambatnya pengerjaan paket kegiatan yang keseluruhannya infrastruktur itu, pihak ketiga rata-rata tidak memiliki alat berat yang lengkap untuk pengerjaan paket kegiatan tersebut.

“Yang punya AMP pasti otomatis punya alat, punya Asphalt Finisher, punya Grader. Maka mereka yang tidak memiliki peralatan aspal pasti harus meminjam, harus menyewa menunggu yang punya itu. Si yang punya peralatan aspal, pasti mendahulukan dulu yang dia punya, dia selesaikan dulu dia punya pekerjaan baru dia akan meminjamkan alatnya,” bebernya.

Ia menambahkan, rata-rata pengerjaan paket kegiatan infrastruktur (Singgle years) yang dibiayai oleh dana PEN tahun 2021 ini, hampir keseluruhannya sudah mencapai 90%.

“Itu sudah kelas A, tinggal pengaspalan. Hanya saja, mereka masih menunggu mobilisasi alat dari yang punya alat. Sementara yang memiliki AMP semua rata-rata sudah selesai,” imbuhnya.