Sampang || Rega Media News
Dampak pandemi Covid-19 yang terus berkelanjutan hingga dua tahun ini, sangat dirasakan bagi Heri Purwanto seorang pengrajin Kopiah Batik Khas Madura asal Desa Panggung, Kecamatan/Kabupaten Sampang.
Untuk bertahan hidup di tengah pandemi Covid-19 tidak semudah yang dibayangkan kebanyakan orang. Di hari normal, bapak satu anak ini dalam sehari mampu memproduksi sebanyak empat Kopiah.
Bahkan, dalam sebulan mampu memproduksi sebanyak 100 kopiah yang disesuaikan dengan banyaknya pemesanan.
Sedangkan untuk harga per satu kopiah masih terjangkau untuk semua kalangan mengikuti bahan dan kualitas batik yang digunakan antara Rp 50 ribu hingga 100 ribu.
Namun dampak pandemi Covid-19, menjadikan omsetnya turun 50 persen. Meski begitu, pria kelahiran 1988 ini mengaku mampu bertahan dengan memproduksi tas serta masker berbahan batik.
“Untuk omset turun 50% disebabkan sulitnya mencari bahan baku, tapi syukur alhamdulilah ada hikmah dibalik itu. Saya tidak sampai gulung tikar karena kami memproduksi tas slempang pria dan masker dalam memutar roda rezeki,” ujarnya.
Lebih jauh Heri mengaku, selama pandemi ia tidak lagi memenuhi segala permintaan pemesan kopiah secara utuh. Kadangkala ia pun harus bekerja alih profesi ke pengobatan tradisional bekam.
“Itu pun jika ada pasien. Saya lakukan itu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari disamping untuk tambahan modal membeli bahan-bahan hasil kerajinan saya,” ujarnya.
Dengan kondisi seperti itu, Heri pun berharap berharap pandemi Covid-19 segera berakhir. Bahkan dalam upayanya, ia memproduksi masker berbahan batik agar masyarakat betah untuk terus memakai masker. Sebab, selain mengikuti vaksinasi, bermasker merupakan salah satu upaya pencegahan Covid-19.
“Mari bersama-sama menerapkan protokol kesehatan agar Indonesia khususnya Kabupaten Sampang kembali berada di zona hijau. Disisi lain, saya mengajak para pengusaha agar tetap bertahan dan jangan mudah menyerah,” pungkasnya.