Daerah  

Polemik Pelabuhan Kamal Terancam di Tutup

Kapal saat bersandar di Pelabuhan Kamal Kabupaten Bangkalan

Bangkalan, (regamedianews.com) – Polemik Pelabuhan Ujung-Kamal terancam ditutup, karena masyarakat pasti akan lebih memilih menggunakan Jembatan Suramadu karena lebih efisien baik waktu maupun biaya. Tak hanya Ujung-Kamal, induk Perusahaan lain juga ikut menurun.

Pasca jembatan Suramadu gratis, tidak hanya berdampak melemahnya perekonomian Ujung-Kamal, malainkan kolega perusahaan PT. Angkutan Sungai Danau dan Penyebarangan (ASDP) di luar Madura ikut menurun. Seperti Gresik, Lamongan, Ketapang dan Banyuwangi.

Seperti yang dikatakan Staf Keuangan dan Operasional Kapal PT. ASDP Halili menyampaikan, pendapatan kapal tidak hanya dirasakan pelabuhan Ujung-Kamal, di luar Madura juga merasakan demikian. Sebab, PT ASDP tidak hanya di Madura, melainkan juga berinduk di daerah lain.

Baca juga Pasca Suramadu Gratis, Penumpang Pelabuhan Kamal Sepi Seperti Biasa

“Bahkan, beberapa hari lalu sempat membahas intensitas pendapatan kapal, seperti pelabuhan Gresik dan Lamongan menurun kisaran 15-20 persen, dengan begitu, warga Madura yang berkepentingan ke Gresik dan Lamongan mulai berkurang yang melewati jalur laut,” ungkapnya, Kamis (15/11/2018).

Rendahnya minat masyarakat lewat dijalur laut, membuat pihaknya simalakama, yakni antara ditutup dan tidak beroperasi atau dibiarkan tanpa ada penumpang yang ikut. Hal tersebut menjadi tugas rumah perusahaan. Perkara ditutup paksa, dinilai bukanlah hal mudah.

“Terus kalau di sini ditutup, bagaimana dengan induk pelabuhan lain yang juga berada di bawah PT. ASDP. Mereka juga butuh koordinasi lintas ujung di setiap daerah,” ujarnya, Kamis (15/11/2018).

Namun dia memastikan, separah-parahnya keadaan, pelabuhan Ujung-Kamal akan tetap beroperasi. Sebab pelabuhan Ujung-Kamal sudah tergolong memiliki hak, secara izin operasi pelayaran nasional.

Sebelumnya, Gubernur Jatim Soekarwo mengatakan, dengan dibebaskannya Pelabuhan Kamal bakal terancam tutup. Menurut Pakde Karwo, sapaan akrabnya, hal tersebut sesuatu yang wajar karena masyarakat pasti akan lebih memilih menggunakan Jembatan Suramadu karena lebih efisien baik waktu maupun biaya.

Baca juga Jembatan Suramadu Gratis, Jokowi Serahkan Nasib Pelabuhan Kamal ke Pakde Karwo dan Bupati Bangkalan

“Fenomena ini merupakan disruption yaitu sebuah pola dimana akan ada pergeseran pilihan lebih baik dan meninggalkan yang lama,” tuturnya.

Menurut Pakde Karwo, disruption atau disrupsi selalu membawa dampak pada beberapa sektor. Namun, jika hasilnya lebih efisien, Pakde Karwo mengaku tak masalah.

“Jadi perubahan baru mesti membawa korban, tapi hasilnya efisiensi. 50 persen lebih dari perubahan itu disrupsi, ya sudah itu jawabannya,” pungkasnya. (sfn/rs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *