Daerah  

Revitalisasi Pelabuhan Kamal, Ilmuan Gelar Focus Group Discusion, Hasilkan Gagasan Pariwisata

Suasana acara Focus Group Discusion dan Foto Rektor I Bidang Akademik Dr. Deni Setya Bagus Yuherawan S.H., M.S,. Saat di wawancarai oleh reporter regamedia

Bangkalan, (regamedianews.com) – Polemik Pelabuhan Ujung-Kamal yang di kabarkan terancam  ditutup, Karena masyarakat pasti akan lebih memilih menggunakan Jembatan Suramadu karena lebih efisien baik waktu maupun biaya.

Apalagi Pasca jembatan Suramadu gratis, tidak hanya berdampak melemahnya perekonomian Ujung-Kamal, malainkan kolega perusahaan PT. Angkutan Sungai Danau dan Penyebarangan (ASDP) di sekitar luar Madura ikut menurun.

Sebelumnya, pasca di bebaskan tol jembatan Suramadu, pemerintah Kabupaten Bangkalan mencanangkan pelabuhan Kamal menjadi kawasan wisata.

Sehingg Polemik pelabuhan kamal itu menjadi perhatian serius bagi kalangan ilmuan Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Kalangan ilmuan tersebut mengadakan Focus Group Discusion (FGD) di Gedung rektorat lantai 4 Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Selasa (27/11/2018).

Menurut Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Trunojoyo Madura, Dr. Deni Setya Bagus Yuherawan S.H., M.S,. mengatakan Dasar pemikiran pelabuhan penyebrangan kamal adalah pintu masuk dan keluar madura -surabaya. Dan pelabuhan ini sangat melegenda, sejarah Pelabuhan ini betul-betul sudah berakar pada kehidupan masyarakat Madura.

Baca juga Polemik Pelabuhan Kamal Terancam di Tutup

“Persoalan menjadi timbul dengan adanya jembatan Suramadu yang diresmikan pada tahun 2009, yang akhirnya terakhir diikuti dengan kebijakan penurunan serta pembebasan biaya jembatan Suramadu, karna memang pembebasan itu ibarat pedang bermata ganda baik berdampak positif maupun dampak negatif,” tuturnya.

Dampak positifnya barangkali untuk daerah dan masyarakat di luar kamal, tapi dampak negatif itu dirasakan oleh masyarakat Kamal, sebab dengan pembebasan itu, Otomatis penyeberangan Ferry semakin sepi, selain dampak dari itu, pasti usaha ekonomi produktif masyarakat kamal yang dulu sangat bergantung pada keberadaan penyeberangan Kamal-Surabaya juga akan menjadi sepi.

“Sehingga saya katakan kawasan kamal itu sudah menjadi kawasan yang tidak produktif, bisa dikatakan menjadi daerah mati, itu semua sudah pasti. bahkan kapal pun kemarin sebelum nol rupiah, kapal beroprasi 3 atau dua kapal, setelah itu bisa jadi sekarang hanya tinggal satu atau dua kapal,” tandasnya.

Oleh karna itu, Kita menginginkan suatu konsep bagaimana merevitalisasi pelabuhan Kamal. bukan berarti kita menggreat pelabuhan kamal sesuatu hal yang baru. Namun pelabuhan kamal dari dulu merupakan daerah yang sangat vital.

“Dengan adanya FGD ini, kita menginginkan adanya gagasan cerdas yang aplikatif, tentang bagaimana merevitalisasi kembali pelabuhan Kamal dengan dukungan masif oleh semua pemangku kepentingan,” ucapnya.

Aspek yang kita kaji, Kata Deni, tidak hanya aspek ekonomi, aspek sosial budaya, pendidikan. namun kita kaji secara komprehensif sehingga nanti menjadi dokumen kajian yang komprehensif. Sehingga pelabuhan Kamal dikerjakan secara bersama-sama secara masif dalam kurun waktu yang singkat, menengah dan jangka panjang.

“Memang kita fokus pada pelabuhan kamal, karna memang pelabuhan kamal daerah yang terdampak langsung adanya jembatan Suramadu dengan pembebasan tol,” terangnya.

Untuk itulah, lanjutnya, bukan lantas kita menganaktirikan daerah lain, apabila pelabuhan Kamal nanti semakin hidup pasti daerah lain seperti yang dahulu lagi juga akan hidup. dan kehidupan dari pelabuhan kamal yang semakin maju, maka juga akan berdampak pada daerah lainnya.

Baca juga Pasca Suramadu Gratis, Penumpang Pelabuhan Kamal Sepi Seperti Biasa

“Tujuan sebenarnya revitalisasi pelabuhan kamal ini Bagaimana semakin tumbuh berkembang usaha-usaha ekonomi kreatif yang produktif di wilayah kamal. semakin tumbuh berkembangnya kegiatan sosial dan budaya di wilayah Kamal. dan semuanya itu dengan prinsip berbasis potensi lokal masyarakat,” jelasnya.

Sehingga revitalisasi ini, tidak meminggirkan peran serta masyarakat, tetapi tetap menghormati para investasi yang ingin masuk, namun untuk hal-hal tertentu, yang masyarakat dapat melakukannya, maka harus bertumpu pada kemandirian potensi masyarakat lokal itu sendiri.

“Bahkan kegiatan ekonomi yang nanti akan kita tumbuh kembangkan adalah kegiatan ekonomi yang sudah menjadi kegiatan ekonomi keseharian mereka. Misalnya, pada saat kita berbicara tentang usaha ekonomi produktif yang paling mungkin wisata perahu layar, dengan rute kamal-suramadu, hutan mangrove dan di sela-sela itu pasti akan muncul juga wisata kuliner,” terangnya.

Pihaknya juga berharap bahwa yang paling penting dengan adanya gagasan revitalisasi pelabuhan Kamal ini bisa terkompilasi bersama stekholder dengan baik. karna menurutnya, UTM ini hanya memperoduksi gagasan bagaimana merevitalisasi suatu kawasan tertentu dan hasil dari itu akan di sampaikan kepada pemerintah.

“Jadi inti sebenarnya kita mengumpulkan banyak orang pinter dengan berbagai latar belakang keilmuan datang ke UTM atas dasar niatan untuk berbagi ilmu, dan memang mindset saya itu selalu meminta mereka meluangkan waktu dan tenaganya untuk berfikir untuk masyarakat,” paparnya.

Selain itu, pihaknya juga mengatakan kendala revitalisasi tersebut bahwa karena masyarakat dengan Kita hanya memproduksi gagasan. Dan untuk diimplementasikan mesti harus membutuhkan dukungan-dukungan dana, jadi kendalanya sederhana. Sebenarnya kalau boleh dikatakan hambatan itu adalah pemangku kepentingan, karena tugas pokok dan fungsinya yang enggan untuk berpikir lain.

“Kendalanya bukan kendala financial Tapi kendala utama itu karena kita kebanyakan tidak mau berpikir lebih, dan bertindak lebih, hanya puas dengan apa yang dilakukan secara rutin dengan gaji yang sudah diterima dengan pasti,” pungkasnya.(sfn/har)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *