Bangkalan, (regamedianews.com) – Stok daging sapi di Kabupaten Bangkalan masih aman selama pandemi Covid-19 dan jelang bulan ramadhan yang akan datang.
Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Bangkalan, Ahmad Hafid. Menurutnya dari bulan April sampai bulan Oktober kedepan stok daging sapi di Bangkalan masih aman bisa terpenuhi.
“Informasi data terakhir Kalau stok daging di Kabupaten Bangkalan selama pandemi Covid-19 masih aman. Karena jumlah ketersedian daging sapi kita sebanyak 9.568,16 ton. sementara kebutuhan masyarakat hanya 459,10 ton sehingga kita surplus,” ujarnya.
Menurutnya, se-Jawa Timur populasi ternak di Bangkalan rangkingnya naik, dari rangking tujuh menjadi ringking 5 se-Jawa Timur.
“Stok daging se-Jawa Timur untuk Kabupaten Bangkalan berada dirangking nomer 5 dari sebelumnya berada di rangking ke 7. Jadi perhitungan April dan Oktober produksi daging sapi kita kurang lebih 10 ton lebih dan kemudian kebutuhan hanya 45 ton sehingga kita surplus,” kata Hafid, Kamis (17/4/20) kemarin.
Sementara kebutuhan daging ayam dan kebutuhan telur menurut Hafid di Kabupaten Bangkalan mengalami defisit. Pasalnya, jumlah ketersedian lebih kecil daripada kebutuhan. Sehingga daging ayam dan telur Kabupaten Bangkalan di suply dari luar daerah seperti dari Kabupaten Blitar, Tulungangung, Sidoarjo dan Kabupaten lainnya.
“Produksi daging ayam sebanyak 10.806,00 Kg. Sedangkan kebutuhan dagging ayam jauh lebih besar sekitar 17.155,00 Kg. Begitupula Kebutuhan Telur, produksi kita sebanyak 5.036,00 Kg dan kebutuhan telur kita sebanyak 28.771,00 Kg. Jadi kebutuhan itu lebih banyak daripada ketersediaanya,” jelasnya.
Namun, menurut Hafid, meski Kabupaten Bangkalan mengalami Defisit daging ayam dan telur. Selama masa pandemi Covid-19 terakhir, harga ayam dan telur mengalami penurunan.
“Oleh karena itu, selama harga turun, Kabupaten Bangkalan kelebihan suply dari pada kebutuhan sendiri saat ini,” tuturnya.
Hafid juga menjelaskan, latar belakang mengapa harga daging ayam dan telur turun. Harga itu menurun, menurutnya disebabkan perusahaan selama adanya pandemi Covid-19 menutup sementara kegiatan bisnisnya.
“Sehingga pengusaha ayam dan telur ini juga kebingungan mau menjualnya kemana hingga harganya mengalami penurunan karena mungkin mengalami penumpukan,” pungkasnya. (sfn/tfk)