PAMEKASAN,- Musim hujan yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia membawa dampak serius pada sektor pertanian, khususnya komoditas cabai.
Banyak petani mengeluhkan hasil panen cabai yang menurun, akibat serangan hama dan kondisi lembap yang membuat cabai cepat membusuk.
Menurut pantauan di beberapa pasar tradisional, harga cabai kini melonjak drastis, mencapai kisaran Rp 60.000 hingga Rp 70.000 perkilogram.
Lonjakan harga tersebut, dirasakan cukup memberatkan baik bagi konsumen rumah tangga maupun pelaku usaha kuliner.
“Cabai yang busuk jadi banyak, apalagi hujan terus-terusan. Sulit untuk menjaga kualitasnya,” ujar Samarti, petani cabai asal Palengaan Laok Pamekasan.
Ia menyebutkan, hujan deras selama beberapa hari terakhir mengakibatkan lebih dari 30 persen hasil panennya rusak akibat pembusukan.
Di sisi lain, pedagang pasar juga mengeluhkan lonjakan harga ini.
“Biasanya cabai itu paling mahal Rp 40 ribu, sekarang sudah hampir Rp 70 ribu. Pembeli jadi banyak yang mengeluh,” kata Sapiah, pedagang ikan dan sayur di pasar tradisional dusun jati jajar.
Meski menghadapi kerugian, petani tidak menyerah. Mereka mulai berusaha menanam kembali cabai dengan harapan cuaca membaik dalam beberapa bulan ke depan.
Dengan upaya petani yang terus menanam kembali dan dukungan pemerintah, diharapkan harga cabai dapat segera stabil sehingga masyarakat tidak terbebani lebih lama.
Namun, hingga saat ini, lonjakan harga cabai masih menjadi perhatian serius di pasar-pasar seluruh Indonesia.
Para ahli pertanian mengimbau, agar petani lebih waspada terhadap risiko serangan penyakit selama musim hujan dan memanfaatkan teknologi pertanian, untuk menjaga kualitas hasil panen.
Sementara itu, masyarakat disarankan untuk bijak dalam mengatur konsumsi cabai, agar anggaran rumah tangga tetap terkendali.