Sampang,- Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama’ (PCNU) Sampang, turut berduka atas wafatnya 67 santri Pondok Pesantren Al-Ghozini Buduran Sidoarjo.
Rasa duka itu disampaikan Ketua PCNU setempat KH Moh Itqan Bushiri, saat sambutan acara malam puncak peringatan Hari Santri Nasional 2025.
Ia mengungkapkan, para santri yang meninggal tersebut, sebagai syuhada yang gugur dalam perjalanan mencari ridha Allah SWT.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Duka mereka luka kita bersama, doa kita tertuju bagi mereka,” tutur kiai Itqan, dikutip dari laman resmi NU Sampang, Sabtu (01/11).
Dilain sisi, kiai Itqan juga menyikapi pernyataan yang merendahkan ulama dan pesantren yang ditayangkan salah satu stasiun televisi.
“Pesantren dan santri tidak akan membalas hinaan dengan kebencian, melainkan dengan ilmu dan ketulusan,” tegasnya.
Selama kitab kuning masih dibaca, adzan masih berkumandang, dan santri masih menundukkan kepala dihadapan gurunya.
“Pesantren tidak akan pernah runtuh,” tegas Ketua PCNU Sampang sekaligus Pengasuh Ponpes Assyirojiyyah Kajuk ini.
Menurutnya, pihak-pihak yang melontarkan hinaan terhadap pesantren dan santri, mereka tidak paham makna pengabdian sejati dan adab terhadap guru.
Padahal, kata kiai Itqan, dari pesantrenlah bangsa Indonesia belajar arti kesetiaan, pengabdian dan cinta kepada tanah air.
“Pesantren telah membuktikan perannya sebagai lembaga yang melahirkan generasi berilmu, beradab dan berjiwa nasionalis,” tegasnya.
“Oleh sebab itu, kami mengajak santri, terus menjaga tradisi keilmuan dan pengabdian yang diwariskan para ulama,” pungkasnya.
Sekadar diketahui, acara puncak peringatan Hari Santri Nasional 2025 dengan mengusung tema “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Mulia”, dilaksanakan di Alun-Alun Trunojoyo, Jumat (31/10) malam.
Dihadiri Bupati H Slamet Junaidi, Wakil Bupati KH Ahmad Mahfud, Forkopimda, serta ulama’ Sampang.
Turut hadir langsung, Katib Syuriah PBNU sekaligus Pengasuh Ponpes Almahrusiyah Lirboyo Kediri, KH Reza Ahmad Zahid.
Penulis : Harry
Editor : Redaksi










