Bangkalan || Rega Media News
Melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi merupakan impian semua generasi muda. Terutama ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
Apalagi generasi muda yang secara ekonomi tidak memenuhi kebutuhan. Sehingga untuk melanjutkan pendidikan karena keterbatasan harus dipendam.
Hal itu dikalangan publik sudah lumrah menjadi alasan dasar bagi generasi muda. Padahal, faktor utama dalam melanjutkan pendidikan bukan alasan perekonomian.
Semangat dan kemauan adalah kunci utama yang harus dipertanyakan generasi muda dalam melanjutkan pendidikan ke jejang yang lebih tinggi.
Jika sudah didasari keinginan dan bersungguh-sungguh pada akhirnya menemukan jalan meski dalam kondisi ekonomi terbatas.
Indah Sukma Kartiksari (19) lahir di Desa Konang, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan 21 April 2001. Dia lulusan Madrasah Aliyah Negeri 2 Pamekasan tahun 2019 lalu.
Indah merupakan anak kedua dari pasangan Usman Hidayah dan Eri Fatsiartini. Ia juga mengaku memiliki Kakak laki-laki dan dua adik yang masih duduk dibangku sekolah.
Dari lahir sampai meranjak dewasa, Indah nama panggilannya sudah terbiasa hidup mandiri dan berkomitmen untuk tidak bergantung kepada orang lain selagi dirinya mampu mengerjakan.
Hidup Gadis mungil ini tak sama seperti hidup orang lain yang sempurna mempunyai kedua tangan. Indah sedari kecil lahir dalam kondisi difable tanpa kedua tangan.
Kedua kakinya menjadi penolong aktivitasnya setiap hari. Dia Gadis yang memiliki semangat tinggi untuk meraih mimpi meski memiliki keterbasan dan jauh dari kesempurnaan.
Lulusan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Pamekasan itu diantarkan orang tuanya untuk mengikuti Ujian Tes Berbasis Komputer (UTBK) di Universitas Truojoyo Madura (ITM), Minggu (5/7/20).
Indah mendaftar sebagai peserta Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) mengambil perguruan tinggi negeri Unesa. Bersaing dengan jumlah ribuan peserta UTBK-SBMPTN se-Indonesia.
Pilihan program studi Indah mengambil jurusan Teknik Informatika dan Pendidikan Luar Biasa. Kedua pilihan itu di Unesa Surabaya.
Saat ditemui regamedianews.com, pasca mengikuti tes UTBK, Indah menuturkan, setiap orang itu pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kekurangan itu harus bisa ditutupi dengan kelebihan-kelebihan yang kita miliki.
“Setidaknya dengan cara kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Seperti kondisi saya saat ini, jangan sampai orang yang sama nasib seperti saya tidak percaya diri,” kata Indah Sukma Kartikasari saat menyampaikan penuh kegembiraan.
Putri cantik itu telihat penuh keyakinan. Ia mengaku, seharusnya dalam kondisi fisik apapun harus mampu membuktikan kepada orang lain, keterbatas bisa bersaing dengan anak-anak yang sempurna.
Selama mengikuti ujian, Indah bercerita bisa melakukan sendiri tanpa dibantu pengawas, meski pengawas dan penitia menawarkan bantuan kepada dirinya. Akan tetapi dengan halus Indah menolak.
Indah mengungkapkan, alasan dirinya menolak bantuan karena dirasa bisa dilakukan sendiri. Menurut Indah, dirinya sudah terbiasa mengoprasikan komputer dimasa duduk di bangku sekolah saat menjadi siswi MAN 2 Pamekasan.
Ia mengatakan, jangan mengira sekolah madrasah tidak ada komputernya. Malah di Madrasah kata Indah dirinya mempelajari teknologi.
Indah bercerita MAN 2 Pamekasan sudah bekerjasama dengan ITS Surabaya. Jadi, menurut Indah, disekolah Madrasahnya juga ada pelajaran teknologi selain mendalami ilmu agama.
Selama mengerjakan ujian, indah juga mengaku tidak menemukan kesulitan. Bahkan, gadis ini mengaku sudah biasa karena materi ujian yang disoalkan juga tidak berat. Ia mengaku sama dengan ujian yang lain.
Meski demikian, Indah mengaku juga merasa gugup ketika hendak mau mengerjakan soal. Akan tetapi, hal itu bisa hilang seketika dirinya yakin dengan melantunkan kalimat bismillah.
Dan hasilnyapun membuat indah bersyukur, sebab bisa mengerjakan dengan baik. Bahkan, lebih awal selesai daripada peserta UTBK lainnya.
Hanya saja, Indah mengaku tinggal satu soal terakhir belum selesai karena keterbatasan waktu, sehingga menurut Indah tidak sempat membaca soal terakhir.
Indah juga bercerita sebelum melaksanakan ujian dirinya ditawari mau dibantu atau tidak dari panitia mengingat kondisi Indah difable.
Akan tetapi, dirinya menolak dengan ucapan terima kasih mengingat keyakinan Indah pasti bisa mengerjakan dan mengoperasikan komputer dengan kedua kakinya.
Dirinya merasa sudah bisa dan menegaskan harus mandiri serta tidak boleh bergantung keorang lain selagi dirinya mengaku mampu mengerjakan.
Gadis cantik ini menuturkan, dari dulu dirinya di didik untuk mandiri sembari menyampaikan pesan orang tuanya. “Jangan bergantung kepada orang lain gitu,” ucapnya.
Karena menurut ibu, kata Indah, tidak selamanya orang lain akan menemaninya. Jadi, harus bisa mandiri.
“Itu pesan orang tua, tidak boleh bergantung kepada orang lain, contoh sederhananya saja, masak iya orang tua kita akan terus menemani kita, pasti tidakkan,” kata indah.
Selama mengenyam pendidikan, Ia mengaku memang banyak belajar di Madrasah. “Karena saya dianjurkan sama orang tua agar bisa memperdalam ilmu agama supaya saya bisa bermanfaat bagi saya sendiri. Lebih-lebih bermanfaat kepada orang lain,” urainya.
Menurut Indah, orang tuanya selalu berprinsip lebih mengutamakan agama. Ia meniru ucapan orang tuanya “Tidak apa-apa walaupun tidak pintar yang penting belajar agama karena agama itukan terus selamanya menemani kita sampai akhir hayat kita,” ungkapnya.
Teman curhat paling pas dan dimintai pendapat yang paling nyaman menurut Indah adalah orang tua. Pilihannya mengambil jurusan teknik tak lepas dari pendapat orang tua.
“Pertama minta pendapat dari orang tua. Terus kata orang tua yaudah tidak apa-apa dan saya mengikuti anjuran orang tua, karena apa kata orang tua ini selalu benar,” katanya.
Indah mengaku juga berkesan mengikuti UTBK di UTM lantaran keramahan petugas dan pengawas dalam memfasilitasi dirinya. Dan dilayani dengan baik.
“Sebelumnya, pikiran saya di UTM ini tidak ada prodi jurusan pendidikan luar biasa dan ternyata ada,” ujar indah.
Disinggung optimisme apakah diterima atau tidak, Indah mengatakan sebenarnya tidak semua orang seperti saya ini tidak percaya diri. Apalagi berbaur dengan orang yang lebih sempurna, yang pasti akan timbul cenderung minder, akan tetapi semua adalah ketetapan.
“Intinya kita itu tidak boleh minder, buktikan dengan kondisi seperti ini bisa bersaing dengan orang lain. Serta bahwa kita juga bisa sukses. Pendidikan tidak harus hanya SD, SMP dan SMA, namun kita harus buktikan dan optimis, kita bisa melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang yang lebih tinggi,” tegasnya.
Ia juga berpesan agar tetap semangat melihat masa depan. “Jangan dengarkan apa kata orang lain. Tetap optimis, jangan patah semangat dan jangan minder dan harus percaya diri,” pungkasnya.
Diakhir pembicaraannya, Indah menambahkan, rotasi kehidupan memang kadang ada yang tidak suka, kadang ada yang suka. Akan tetapi dirinya menilai namanya juga hidup pastikan berbeda-beda. (sfn/sms)