Surabaya,- Menjelang hari santri tahun 2025, dunia pesantren kembali menjadi topik viral, setelah sempat viral pemberitaan musibah di Ponpes Al Khoziny Buduran Sidoarjo, akhirnya menimbulkan berbagai asumsi.
Terbaru, muncul sebuah tayangan di televisi swasta yang mengangkat tentang kegiatan pesantren yang narasinya dinilai gagal faham dan negatif.
Kontan saja, tayangan tersebut memantik reaksi dari berbagai kalangan, salah satunya PW Ansor Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam tayangannya, pesantren dijadikan model visual adalah Pondok Pesantren Lirboyo Kediri dan pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Ulum Lepelle, Robatal, Sampang.
Ketua Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur, Musaffa Safril, menilai narasi dalam tayangan tersebut merendahkan dan melecehkan kiai dan pesantren pada umumnya.
“Pelecehan ini tidak hanya ditujukan kepada Lirboyo, tetapi juga kepada seluruh pesantren dan para kiai yang selama ini menjadi penjaga moral bangsa,” imbuhnya.
Dirinya juga menyebut, hal itu merupakan bentuk penghinaan terhadap simbol-simbol keilmuan dan kemuliaan.
PW GP Ansor Jawa Timur mengultimatum pihak Trans7, agar menyampaikan permintaan maaf secara terbuka dan langsung kepada Pondok Pesantren Lirboyo dan Miftahul Ulum Lepelle, serta kepada masyarakat pesantren secara luas.
“Kami menuntut permintaan maaf resmi dan terbuka dari pihak Trans7. Bila hal ini tidak segera dilakukan, kami menyerukan kepada masyarakat, terutama kalangan pesantren dan santri, untuk melakukan boikot terhadap seluruh tayangan Trans7 sebagai bentuk protes moral,” lanjutnya.
Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur menilai, media seharusnya berperan sebagai sarana pendidikan publik, bukan justru menjadi sumber provokasi dan pelecehan terhadap lembaga keagamaan.
Karena itu, PW GP Ansor Jatim juga mendesak Dewan Pers dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), untuk menindaklanjuti kasus ini secara serius agar tidak terulang kembali.
“Kiai dan pesantren adalah benteng peradaban bangsa. Siapa pun yang melecehkannya berarti melecehkan jantung moral Indonesia,” terangnya.
PW GP Ansor Jawa Timur menyerukan kepada seluruh kader, santri, dan masyarakat luas untuk tetap tenang, namun tegas dalam menyikapi persoalan ini, serta menjaga marwah pesantren dengan cara-cara yang bermartabat.
Terpisah, salah satu pengasuh yang videonya dijadikan model visual dalam penanyangan tersebut, Gus Ali Mustakim Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Ulum Lepelle Sampang mengatakan, dirinya merasa sangat dirugikan.
Namun menurut kiai muda yang akrab disapa Ra Takim itu, persoalan ini bukan tentang dirinya saja, tapi menyangkut seluruh pesantren dan kiai.
“Ini bukan tentang saya atau pesantren saya, tapi tentang seluruh pesantren dan kiai, bisa dilihat narasi didalm video yang ditayangkan,” jelasnya.
Dirinya meminta agar pihak pemilik acara dan stasiun televisi swasta nasional tersebut, segera melakukan klarifikasi terbuka dan meminta maaf kepada seluruh pesantren secara terbuka.
“Sampai saat ini kami bersama team hukum sedang mengkaji untuk membuat laporan resmi. Namun yang terpenting, segera lakukan klarifikasi dan permohonan maaf secara terbuka kepada para kiai dan pesantren yang ada,” tegasnya.
Penulis : Icha
Editor : Redaksi