Bangkalan, (regamedianews.com) – Serangkain kegiatan telah di lalui dalam rangka Dies Natalis Perguruan Tinggi Negeri Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Bangkalan. Acara serangkain Dies Natalis yang dimulai sejak bulan Juni lalu, kembali menggelar puncak Dies Natalis dengan Rapat Terbuka, Senat UTM, yang juga serangkaian Dies Natalis XVII Universitas Trunojoyo Madura, Kamis (12/07/2018).
Selain itu, digelar orasi ilmiah dengan mengangkat tema UTM sebagai Perguruan Tinggi Berbasis Klaster, UTM siap menjawab Revolusi Industri 4.0. yang di sampaikan Rektor Universitas Al Azhar Indonesia, oleh Prof. Dr. Ir, Asep Saefuddin, MSc. Sebelum acara Dies Natalis UTM dimulai diawali pembacaan ayat suci Al Qur’an, dilanjutkan dengan rapat terbuka yang di buka langsung oleh Rektor UTM Dr. Drs. Ec. H. Muh. Syarif, Msi. Disela acara diselingi serangkaian penampilan tarian Sanggar Tarara Bangkalan dan Panduan Suara (PS) Golden dari UTM.
Dalam laporan tahunannya ia menyampaikan, telah dipahami bersama bahwa pembentukan perguruan tinggi didekasikkan untuk beberapa tujuan di antaranya adalah menguasai, memanfaatkan, mendiseminasikan, mentransformasikan dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan Tekhnologi dan Seni (IPTEKS) perguruan tinggi.
“Kami berharap dengan adanya perguruan tinggi dapat mempelajari, mengklarifikasikan dan melestarikan budaya serta meningkatkan mutu kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, perguruan tinggi sebagai lembaga tertinggi di akademika harus melaksanakan fungsi tri dharma perguruan tinggi. Yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, serta mengelola ipteks,” terangnya.
Menurutnya, hal itu untuk menopang dedikasi dan fungsi, perguruan tinggi harus mampu mengatur diri sendiri dalam upaya meningkatkan dan menjamin mutu secara terus menerus, baik masukan proses maupun keluaran sebagai program layanan yang diberikan kepada masyarakat.
“Perkembangan lingkungan eksternal kampus sangatlah cepat dan menjadi tantangan tersendiri bagi perguruan tinggi untuk menjawabnya. Saat tantangan yang berasal dari era perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), belum tuntas terjawab malah datang tantangan lain, yaitu dimulainya era disrubsi yang memunculkan revolusi industri 4.0.” tandasnya.
Lebih lanjut Muh. Syarif menyampaikan, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terjadilah digitalisasi yang telah merubah hampir semua tatanan kehidupan. Perubahan tatanan kehidupan mendasar yang disebut dengan disrubsi.
“Disrubsi ini memunculkan era revolusi industri generasi ke-4 (revolusi industri 4.0), akibatnya akan terjadi perubahan komposisi lapangan, karena tenaga kerja pada akhirnya akan digantikan oleh mesin yang lebih efektif dan efisien dalam menghasilkan barang dan jasa.
Kondisi ini menyadarkan kita akan pentingya peningkatan daya saing lulusan yang tidak hanya untuk menjawab tantangan era perdagangan bebas namun juga lulusan berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan revolusi industri 4.0.” jelasnya.
Ia mengungkapkan, visi UTM dalam jangka panjang adalah bahwa ditahun 2030 UTM mampu mewujudkan kader bangsa yang cerdas, berdaya saing dan berakhlaqul karimah. Dalam merealisasikannya, ditetapkan tahapan tahapan atau ministone berdasarkan periode tertentu untuk mengukur ketercapaiannya. Periode tahun 2014-2018 UTM berada pada tahap percepatan daya saing regional dengan demikian peningkatan daya saing menjadi fokus berbagai program atau kegiatan UTM.
“Pencapaian visi misi UTM harus tetap mengacu kepada rencana strategis Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemeristekdikti) dalam Renstra tersebut dicanangkan ada lima core business yang harus dilakukan perguruan tinggi yaitu penguatan inovasi, penguatan pembelajaran dan kemahasiswaan, penguatan riset, dan pengembangan, penguatan sumberdaya serta penguatan kelembagaan,” tuturnya.
Maka dari itu, imbuh Muh. Syarif, UTM telah melaksanakan berbagai program untuk penguatan 5 core business perguruan tinggi. Seiring dengan perkembangan UTM akan terus memperbaiki dari segala sektor, agar siap menjawab tantangan era revolusi 4.0 melalui pelaksanaan komitmen yaitu pengembangan 6 klaster potensi madura`.
“Pengembangan UTM berbasis klaster potensi unggulan Madura merupakan bentuk upaya penguatan inovasi, core bussiness perguruan tinggi pertama dalam pengembangan intensif yang dilakukan sejak tahun 2015 dengan fokus pada pengembangan enam cluster potensi Madura yaitu garam dan tembakau, pangan (jagung, singkong, terus, sapi, hasil laut) energi alam, pendidikan formal maupun informal, tenaga kerja dan wanita serta pariwisata da ekonomi kreatif. Potensi Madura sebagai fokus pengembangan merupakan bukti komitmen UTM untuk berkontribusu besar bagi pembangunan Madura sekaligus ciri pembeda UTM dengan perguruan tinggi lainnya,” pungkasnya.
Sementara saat pers konferensce Rektor yang akan selesai jabatannya tahun ini menjelaskan, terkait dengan tema diesnatalis pengembangan industri 4.0 berbasisi klaster sebagai mana disampaikan yang pertama sudah banyak dilakukan oleh UTM dalam pengembangan potensi Yang ada di Madura. Salah satunya adalah reorientasi kurikulum dan juga pelayanan stack holder, dan juga pendidikan.
Disesi lain, Rektor Universitas Al Azhar Indonesia dalam orasi ilmiahnya Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin MSc mengatakan, pada tahun 2008 pemerintah telah menyusun klaster industri sesuai dengan krakteristik kekuatan SDM Indonesia. Klaster tentunya dapat di manfaatkan untuk penyusunan program Tri Dharma PT. Namun di ikuti tekhnologi dan menegamen sesuai dengan perkembangan industri maju RI 4.0.
“Posisi UTM mengembangkan varietas dan produktivitas jagung dan industri garam merupakan pilihan yang tepat dalam mengambil peran mandatory kebangsaan, terutama dalam menyiapkan lapangan kerja penuh (full employment). Memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan indusrti, serta memajukan universitas di bidang keilmuan dan riset terapan, ini dapat dijadikan model pilihan, atau pengembangan Pada daerah yang memiliki pontensi lokal yang luar biasa,” paparnya.
Asep mengungkapkan, UTM dapat mengamabil ceruk hulu dan hilir. Misalnnya untuk industri agro harus mempunyai peneliti yang handal dalam budidaya, bereding, dan pembenihan. Adapun disisi hilir UTM harus mempunyai SDM untuk teknologi paska panen, kemasan dan teknologi pangan. Begitu juga klaster-kalster lainnya memerlukan para ahli di dua sisi. Selain teknologi dalam bisnis juga di perlukan ahli manegement dan pemasaran. Mereka itulah yang mengelola agar sebuah produk bisa di jual dengan harga yang baik. Dalam indutri agro, selain nilai tambah, ada sisi hiliir, juga di sektor benih, benh perkebunannya bissa memiliki nilai tambah yang tinggi.
“Melihat potensi SDA Madura bisa dikembangkan industri jagung, garam,dan gas alam. Untuk jagung perlu terus diperkuat teknologi yang berkaitan dengan perbenihan, budi daya mepuliaan, pupuk, jagung pakan, jagung manis. Outputnya bisa berupa bibit unggul, benih, pupuk organik, pakan ternak, tepung jagung, hiasan,dan banyak lagi produk hilir lainnya. Begitu juga untuk gas alam dan garam,teknologi dihulu untuk menghasilkan produk hilir yang berkualitas baik. UTM harus mempunyai pohon industri jagung dari hulu sampai hilir lengkap dengan output dan teknologi yang dibutuhkan,” jelasnya.
Asep menambahkan, dalam proses bisnisnya sektor hulu dan sektor hilir bisa menjadi IGA (Income Generting Activities) untuk UTM. Dana yang terkumpul bisa digunakan untuk perbaikan Tri Dharma UTM yang bisa membawa UTM sebagai kampus interpreneurial sehingga manfaat PT dalam hai ini sangat terasa bagi SDM regional dan nasional.
“Dengan pendekatan klaster ini tidak mustahil UTM sebagai universitas daerah dengan kontribusi nasional untuk mendapatkan legitimasi regulasi dan alokasi dana bisa juga pemerintah memberi mandat UTM sebagai universitas berbasis agro, gas alam dan garam. Model ini bisa diberikan kepada kampus daerah yang mempunyai keunikan SDA dengan demikian, SDM Indonesia yang berkualitas itu menyebar keseluruh Indonesia. Tidak terkonsentrasi di Jawa dan bahkan Jakarta,” imbuh yang juga menjadi Guru besar statistika IPB. (sfn/adv)