Sampang, (regamedianews.com) – Seni pertunjukan tradisi sebagai khasanah budaya bangsa yang memiliki keanegaraman bentuk, jenis nilai dan visual merupakan warisan penting untuk penguatan jati diri. Kepribadian dan kemartabatan serta sumber bahan dan inspirasi dalam proses kreatif bagi kehidupan berbudaya. Disisi lain, seni dan berkesenian juga menggerakkan sektor ekonomi kerakyatan maupun sektor kepariwisataan.
Jawa timur adalah salah satu provinsi yang memiliki keragaman seni budaya dan adat istiadat, tentu dibarengi dengan keunikan dan kekhasannya masing-masing, perlu memperbanyak ruang kreatif dan event-event, guna mengawal tumbuh kembangnya seni-seni yang ada ditelinga masyarakat.
Sebagaimana kita sadari, bahwa menjaga tradisi berbekal atas nama pelestarian dan kecintaan saja tidaklah cukup. Tradisi perlu terus direformulasi, bahkan jika perlu bermetamorvosis agar bisa berhadapan dan bersaing dengan kompotitornya, didunia modem saat ini. Kesenian akan tetap hidup, apabila didalam ada kteatifitas, baik kteatifitas dalam memproduksi, kreatifitas dalam menggelar, kreatifitas dalam berpromosi maupun sosialisasi serta kreatif dalam menghidupi dirinya sendiri.
Kepala Dinas Pemuda Olah Raga, Budaya dan Pariwisata (Disporabudpar( Kabupaten Sampang, Drs. Ajie Waluyo mengatakan, berangkat dari pemikiran tersebut Pemerintah Provinsi Jawa timur melalui dinas terkait menyelenggarakan pawai seni budaya, bertajuk Jatim Specta Night Carnival 2018 yang diselenggarakan di Kabupaten Sumenep, tepatnya didepan Masjid Agung Sumenep, pada tanggal 20 Oktober kemarin, dengan mengambil tema Pesona Budaya Keraton Nusantara.
“Tema sering kali mengambil latar belakang potensi daerah tuan rumah JSNC. Berharap dapat merubah ikon daerah. Kabupaten Sumenep sebagai tuan rumah dalam pawai seni budaya tersebut, karena merupakan salah satu daerah yang masih mempunyai bukti fisik kesejahterahan yaitu membangun keraton. Didukung dengan Sumenep sebagai tuan rumah pelaksanaan acara Festival Keraton dan Masyarakat Adat Asean (FKMA) ke 5,” tuturnya, Rabu (24/10/2018).
Lebih lanjut Aji mengatakan, dalam materi penyajian pawai, bisa memilih dari sajian budaya keraton, menggali riwayat kerajaan atau cikal bakal terbentuknya daerah yang dikuatkan dengan adanya situs/prasasti yang ada di Kabupaten masing-masing. Bisa bersumber dari sejarah/mitos yang berkembang di masyarakat yang menjadi dasar pemikiran/ide garap.
“Contohnya seperti Keraton Giri Kedaton Gresik, Keraton Sumenep, Mojokerto ada kerajaan Mojopahit, Sidoarjo kerjaan Jenggolo, Malang Raya kerajaan Singosari, Ponorogo dengan legendanya Raja Bantarangin, Blitar kerajaan Ledoyo, Kediri ada kerjaan Kadiri, dan Banyuwangi ada kerjaan Blambangan. Dalam pawai itu, bentuk kerajaan terdapat unsur masyarakat, pemerintahan, ekonomi, serta budaya. Sedangkan keraton ada unsur raja atau ratu, mahkota, prajurit, bangunan, budaya dan dikung kendaraan atau kereta hias,” terangnya.
Ajie menambahkan, dalam pawai seni budaya yang bertajuk Jatim Specta Night Carnaval, Kabupaten Sampang sendiri menampilkan/mempersembahkan “Panembahan Maduretno”. Sinopsisnya, Raden Trunojoyo yang bergelar panembahan maduretno adalah seorang bangsawan Madura yang pernah melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Amangkurat I dan Amangkurat II dari Mataram. Pasukannya bermarkas di Kediri, pernah menyerang dan berhasil menjarah keraton Mataram tahun 1677 yang mengakibatkan Amangkurat I Melarikan diri dan meninggal dalan pelarian.
“Pada parade seni budaya Jatim Specta Night Carnival, Kabupaten Sampang mempersembahkan Panembahan Maduretno, dieksplorasikan dalam sajian arakan kesenian khas Madura yang dikolaborasikan dengan kostum art batik madura. Tujuan keikutsertaan, yakni selain ikut memeriahkan Hari Jadi Provinsi Jawa timur ke 73, juga merupakan sarana promosi budaya daerah Kabupaten Sampang, dengan harapan masyarakat luas lebih banyak mengenal potensi Kabupaten Sampang,” pungkasnya. (adi/har)