Rachmad Gobel: Danau Limboto Diusulkan Menjadi Sister Lake Danau Biwa, Jepang

Menteri Lingkungan Hidup (Siti Nurbaya) Saat Menghadiri Pertemuan Tingkat Menteri G20 di Karuizawa, Jepang.

Gorontalo, (regamedianews.com) – Menteri Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya, memuji keberhasilan Jepang mengelola Danau Biwa dari danau yang kotor menjadi tujuan wisata yang indah, dan mengusulkan dilakukan kerjasama pengelolaan sister lakes dengan Danau Limboto di Gorontalo.

Hal itu diungkapnya di sela-sela Pertemuan Tingkat Menteri G20 yang diselenggarakan di Kota Karuizawa, Prefektur Nagano, Jepang, 14 – 16 Juni 2019. Menteri Siti juga mengundang Jepang untuk melakukan riset lapangan di Indonesia di berbagai bidang yang diangkat dalam pembicaraan.

Baca juga Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo: Buatkan Perdes Untuk Lestarikan Adat dan Budaya Jaton

Ditemui terpisah, utusan khusus Presiden RI untuk Jepang, Rachmad Gobel mengemukakan. Diangkatnya issue penyelamatan Danau Limboto dalam pembahasan tingkat negara-negara G20, karena Danau Limboto termasuk danau yang tingkat kerusakannya parah bahkan terancam hilang akibat sedimnetasi yang terus berlangsung.

“Dengan program sister lake, maka berbagai best practives yang telah sukses dilakukan pemerintah Jepang, bisa kita terapkan pada danau Limboto, baik konsep dan metodenya, hingga penerapan teknologi yang dianggap relevan”, kata Rachmad Gobel.

Rachmad menambahkan, jika kepastian program kerja sama itu bisa diwujudkan. Mengingat kerjasama antara pemerintah jepang dan Indonesia telah berlangsung dengan sangat baik hingga saat ini.

Baca juga PT ASDP Pelabuhan Kamal Operasikan 3 Armada Kapal Untuk Memperlancar Arus Mudik

“Selama ini kerja sama yang telah berjalan di Indonesia antara lain adalah: pengelolaan sampah Sungai Citarum; pengolahan sampah menjadi energi di Legok Nangka, Bandung; dan pengembangan biofuel. Sudah saatnya kita mendorong agenda penyelamatan Danau Limboto ke tingkat Internasional”, kata Rachmad Gobel.

Rachmad Gobel juga menambhakan, kedua negara juga akan menjajaki kerjasama pengelolaan sampah laut, mengingat Indonesia telah mengembangkan Regional Capacity Centre for Clean Seas (RCCCS) di Bali, sedangkan Jepang mengembangkan Japan Initiative for Marine Environment (JAIME).

“Di samping itu, Green House Observation Satelitte (GOSAT) milik Jepang diharapkan dapat mendukung pembangunan lingkungan di Indonesia dalam hal analisis perubahan iklim, misalnya dengan pengukuran CO2 secara spasial dan timely, guna monitoring dan mengukur kemajuan langkah penanganan dampak perubahan iklim”, terangnya. (onal)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *