Bangkalan,- Dua gadis dibawah umur di Bangkalan, Madura, Jawa Timur, mengalami trauma usai diperkosa delapan pria.
Sementara para pelaku masih bebas berkeliaran tanpa tersentuh hukum, seolah tak pernah melakukan kejahatan.
SF dan AF (14), masih berstatus sepupu, kini lebih banyak mengurung diri di rumah, dan enggan berinteraksi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Keluarga mereka pun harus menanggung beban mental, sekaligus menunggu kepastian hukum yang tak kunjung tiba.
“Anak saya tidak berani keluar rumah. Dia sering menangis, merasa kotor dan hancur masa depannya,” ujar NK ayah korban SF, Kamis (2/10/25).
Kondisi kontras ini membuat publik Bangkalan geram. Dua korban harus berjuang memulihkan diri dari luka fisik dan batin.
Sementara disisi lain, delapan pria yang diduga pelaku, justru masih bebas berkeliaran dan belum ditangkap polisi.
“Bayangkan, korban hidup dalam ketakutan, tapi pelaku masih bisa tertawa diluar sana. Ini jelas melukai rasa keadilan,” tegas Muhammad Rosyid, Koordinator Pemuda Peduli Keadilan Bangkalan (PPKB).
Laporan resmi sudah masuk sejak 26 Juli 2025. Namun, hingga kini polisi belum berhasil menahan satu pun terduga pelaku.
PPKB mendesak, agar aparat segera menunjukkan ketegasan sebelum kepercayaan masyarakat benar-benar runtuh.
“Ini bukan kasus kecil. Ini pemerkosaan anak. Polisi tidak boleh berlama-lama. Jika mereka tidak bisa bergerak cepat, jangan salahkan masyarakat bila turun langsung ke jalan,” ujar Rosyid.
Sementara itu, Kasatreskrim Polres Bangkalan AKP Hafid Dian Maulidi menegaskan, pihaknya masih bekerja.
“Kami sedang mendalami kasus dan melakukan pencarian terhadap para pelaku. Kami minta masyarakat bersabar,” ujarnya.
Namun, bagi keluarga korban, waktu yang berjalan tanpa hasil, sama saja dengan penghinaan terhadap luka kedua korban.
“Bagi kami, setiap hari tanpa keadilan, itu sama saja membunuh anak-anak kami perlahan,” ucap KA, ayah korban AF.
Penulis : Syafin
Editor : Redaksi