Surabaya || Rega Media News
Sudah menjadi momentum penting bagi seluruh penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Indonesia, dalam memperingati Bulan Suro yang kental dengan makna spiritual dan filosofis kehidupan.
Oleh karena itu, Penghayat Kepercayaan Kerohanian Sapta Darma (Persada) Kota Surabaya, Tuntunan Sanggar Candi Busana Jemursari Surabaya dipimpin Naen menggelar serangkaian prosesi Pahargyan Suro, Jum’at (19/08/2022) malam
Adapun prosesi peringatan Suro diawali dengan tirakatan teteki, selama 3 hari, dengan melaksanakan sembah sujud kepada Tuhan YME di semua sanggar, untuk melakukan pembersihan diri dengan merefleksi dan memohon ampun atas segala kesalahan yang telah diperbuat.
Tidak hanya itu saja, prosesi sekaligus permohonan ruwat negeri karena momentum kemerdekaan RI menjadi penting, untuk memanjatkan doa, agar bangsa Indonesia diberikan kekuatan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya.
Rencana pembagian sembako yang dilaksanakan tanggal 20 Agustus 2022 juga menjadi bagian dari kegiatan Pahargyan Suro tahun ini. Dan pembagian paket sembako sebagai bentuk kepedulian dan empati kepada masyarakat, langsung dibagiakan melalui sanggar di setiap kecamatan masing masing.
Jumingan ketua panitia kegiatan mengatakan, membangun empati diantara sesama tanpa melihat keyakinannya, adalah bagian dari hal dasar dalam merawat keberagaman dan toleransi diantara para pemeluk agama dan kepercayaan.
“Maka dari itu, nilai nilai ini menjadi sangat penting untuk ditanamkan pada generasi muda sekaligus pengamalan isi Wewarah Tujuh yang mewajibkan warga Sapta Darma untuk saling mengasihi dan menolong tanpa berharap imbalan apapun,” ucap ketua panitia kegiatan Jumingan.
Sementara itu, Naen mengatakan, pagelaran yang dihadiri oleh Direktur Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME ini, merupakan pagelaran budaya yang selalu ada dalam kegiatan Suroan para Warga Sapta Darma.
“Wayang sangat penuh dengan wejangan dan nilai nilai luhur, kita harus bangga sebagai bangsa Indonesia yang mewarisi keragaman buaya dan adat istiadat yang beragam, budaya adalah asset bangsa yang harus dilestarikan keberadaannya,” terangnya.
“Selain itu budaya adalah perekat keragaman dan pitutur luhur untuk menuntun sikap budi luhur, pungkas Naen Soeryono, selaku penyelenggara dan ketua Persatuan Warga Sapta Darma Pusat,” ungkapnya.
Usai Pahargyan Suro selesai, acara ditutup dengan pagelaran wayang kulit yang digelar di Sanggar Candi Busana Sapta Darma di Jl jemursari Selatan VI no 32 – 34 dengan lakon “Semar mbabar wahyu katentreman”.