Daerah  

Aktivis PMII UTM Imbau Para Elit Politik Tak Lakukan Aksi Akrobat Pilpres 2019

Demisioner Wakil Presiden Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Taufik Hidayah.

Bangkalan, (regamedianews.com) -Menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2019 sudah marak dengan akrobat dari berbagai elit-elit partai politik maupun para tokoh nasional yang melontarkan kata-kata yang kurang baik untuk mendukung jagoannya di Pilres 2019 yang akan datang.

Sehingga, suhu panas ini memicu mahasiwa di Indonesia khusunya di Jawa timur melakukan aksi yang muncul ke publik dan hal tersebut jika berlebihan di khawatirkan akan menimbulkan perpecahan di kalangan mahasiswa maupun masyarakat.

Seperti yang diungkapkan Demisioner Wakil Presiden Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Taufik Hidayah, ia menghimbau kepada para orang-orang elit politik dan para tokoh nasional agar tidak terlalu membuat akrobat dan gerakan yang berlebihan jelang pemilihan presiden pada 2019 mendatang, karena di khawatirkan akan memicu perpecah belahan anak bangsa dengan menggunakan isu, suku, agama, ras, dan budaya.

Baca juga PMII Desak Kepolisian Tingkatkan Keamanan di Bangkalan

“Seharuanya para elit politik dan tokoh tersebut memberikan cerminan yang baik kepada masyarakat maupun anak bangsa dengan menawarkan program-program unggulan calon pasangannya yang di dukung. Bukan justru terjebak pada wacana yang tidak penting seperti yang sudah ramai di media sosial 2019 ganti presiden,” ujar pemuda yang menempuh pendidikan pasca sarjana ilmu komunikasi di Universitas Brawijaya Malang ini, Selasa (07/08/2018).

Taufik juga menegaskan, bahwa isu sara dan berita hoax yang akhir-akhir ini sudah ramai di media sosial di munculkan kedua kubu pendukung yang mempunyai kepentingan dengan dilaksanaknnya pilres 2019 dinilai tidak memeberikan nilai-nilai positif kepada masyarakat. “Bahkan, akan menjadi pemicu besar atau perpecahan bagi masyarakat atau pemuda generasi penerus bangsa,” pungkasnya.

Sementara menurut subaidi yang akrab di panggil Mas idi ini juga mengatakan, hastaq 2019 ganti presiden dan hastaq tetap presiden karena hal tersebut sangat sensitif dan terindikasi akan menimbulkan perpecahan anak bangsa,karena tujuan dari negara demokrasi mencegah perselisihan antar kelompok.

Baca juga Pelantikan PC PMII Bangkalan Ricuh

“Memberi kebebasan dalam berpendapat dan berekspresi, menciptakan keamanan dan ketertiban bersama, mendorong masyarakat aktif dalam pemerintahan. Bukan malah saling menjelek-jelekkan seperti yang sudah terjadi di media sosial saat ini,” tuturnya. (sbd/sfn/har)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *