Opini  

Idul Adha dan Cerminan Kesetiaan Keluarga Nabi Ibrahim AS Kepada Allah SWT

Mohammad Fauzan

Oleh Mohammad Fauzan, S.Pd,M.Si

Hari raya Idul Adha merupakan hari raya yang kedua bagi umat Islam didunia dalam merayakan kemenangan, yang pertama hari raya Idul Fitri dimana umat Islam merayakan kemenangan setelah sebulan bergulat dengan mempertaruhkan keimanan selama satu bulan memerangi hawa nafsu berpuasa didalam di Bulan Ramadhan.

Sedangkan Idul Adha atau yang dikenal dengan hari raya kurban merupakan kemenangan umat Islam sebagai wujud memperingati kemenangan nabi Ibrahim AS terhadap godaan syetan dalam upaya memenuhi janji dan kesetiaannya terhadap Allah SWT.

Peristiwa idul Adha bermula saat Allah SWT menguji keimanan nabi Ibrahim AS untuk bisa mengorbankan putra tercintanya Ismail AS, yang waktu itu sedang lucu-lucunya tumbuh sebagai anak yang mulai beranjak dewasa.

Saat itulah Allah SWT memerintahkan nabi Ibrahim AS untuk mengorbankan Ismail melalui mimpi yang datang kepada Ibrahim AS selama berturut-turut meski pada mimpi pertama Ibrahim AS sempat bertanya-tanya tentang adanya mimpi tersebut, namun setelah beberapa kali bermimpi dirinya sadar bahwa mimpi itu datangnya dari Allah SWT sebagai wujud untuk memenuhi nadzarnya.

Ibrahim AS pun akhirnya memenuhi mimpi tersebut sebagai wujud kecintaannya kepada Allah SWT, meski awalnya sempat terlintas dibenaknya bagaimana dirinya akan menyampaikan hal tersebut kepada anak yang juga sangat dicintainya Ismail AS, dirinya juga tak sampai hati dan berfikir bagaimana nanti dengan perasaan putra tercintanya itu jika tau bahwa dirinya akan dikurbankan.

Namun perasaan iba dibenak Ibrahim AS memudar saat Ismail AS dengan ikhlas mempersilahkan ayahnya Ibrahim AS untuk melaksanakan nadzarnya kepada Allah SWT, Ismailpun dengan tenang meminta Ibrahim melakukan semuanya sebagai wujud kepatuhan dan kecintaanya kepada Allah SWT.

Disinilah setan mulai melancarkan aksinya, jurus-jurus licik mulai dilancarkan, Ibrahim pun dicoba untuk dikacau pikirannya dengan cara membujuk Ibrahim agar tidak mengorbankan Ismail putranya sangat lucu dan tampan itu, namun keteguhan hati dan keimanan Ibrahim AS tak mampu digoyah.

Setanpun tak tinggal diam dia mencoba menghasud Ismail AS, agar tidak mau dijadikan korban oleh ayahnya Ibrahim AS, dengan berbagai argumentasi yang disampaikan setan terus mencoba membujuk Ismail, namun lagi-lagi setan tak mampu dan hanya diusir oleh Ismail AS.

Kemudian setan tak mau menyerah, merekapun mendekati istri Ibrahim AS yang Juga ibunda Ismail AS, Siti Hajar, setan mencoba menciptakan kegusaran dihari Hajar agar bisa menggagalkan niatan Ibrahim kepada Tuhannya untuk mengorbankan putranya Ismail, namun lagi-lagi usaha setan gagal, dirinyapun hanya diusir oleh Siti Hajar.

Pengusiran setan oleh ketiga orang keluarga Ibrahim AS yang taat kepada Allah SWT kini diabadikan dalam peristiwa besar yang disebut sebagai Jumratul ula, Wustho dan Aqobah yang dilakukan setiap jamaah haji.

Saat Ibrahim terus melakukan nadzarnya, Ismail dan Siti Hajar pun dengan penuh keikhlasan mendukung proses pengabdian suaminya terhadap Tuhannya itu, namun Allah SWT adalah dzat yang maha tau, semua perintahnya itu merupakan ujian saja.

Saat pisau tajam telah siap memotong kepala Ismail AS, Allah perintahkan pisau agar tak bisa berfungsi hingga akhirnya tajamnyapun hilang.

Kemudian Allah kirimkan sebagai penggantinya yakni kambing untuk dijadikan sebagai kurban sebagai pengganti Ismail yang akan dikurbankan, yang hingga saat ini terus dilakukan dihari Idul Adha atau hari raya kurban.

Disinilah ketaatan keluarga nabi Ibrahim AS diuji, mereka adalah teladan yang patut dikagumi, yang dengan ikhlas rela siap mengorbankan apapun yang mereka cintai demi kepatuhan kepada Tuhannya yakni Allah SWT.

(Penulis adalah Dirut Regamedianews sekaligus pengurus tanfidziyah MWC NU Kecamatan Robatal).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *