Daerah  

Bayi Terlantar, Sejumlah Rumah Sakit Di Cimahi Beralasan Ruang NICU Penuh

Akhirnya bayi tang terlantar di Cimahi mendapatkan perawatan di salah satu rumah sakit di Kab. Bandung Barat.

Cimahi, (regamedianews.com) – Kelahiran bayi di tengah pandemi Covid-19 memiliki cerita tersendiri. Tak jarang, wabah yang semakin merebah ini membuat beberapa ibu hamil dan keluarga kesulitan dalam proses persalinan.

Tidak itu saja, disaat setelah lahir pun masih harus dihadapkan dengan beberapa masalah yang hebat. Seperti, kebutuhan ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) yang dinyatakan penuh oleh beberapa Rumah Sakit di Kota Cimahi.

NICU adalah ruang perawatan intensif di rumah sakit khusus untuk bayi baru lahir yang mengalami gangguan kesehatan. Umumnya bayi dimasukkan ke ruang NICU pada masa 24 jam pertama setelah lahir.

Hal itu dikabarkan Johan Pradana, salah seorang penggiat sosial bidang kesehatan dari Forum Pemuda saat mengupayakan seorang bayi laki-laki atas nama Muhammad Hafidz Herdiansyah, anak dari pasangan Ipan dan Indah Permata Sari, warga Cipageran Kota Cimahi. Karena mempunyai kelainan pasca kelahirannya beberapa hari yang lalu.

“Setelah dinyatakan harus dibawa ke RS oleh bidan yang merawatnya, kami dan kedua orang tua bayi mencoba mendatangi RS Cibabat, Dustira, dan Hasan Sadikin. Semua menyatakan ruangannya penuh,” beber Jo, sapaan akrabnya, saat dihubungi pada Selasa Malam (28/04/20).

Menurutnya, pemerintah Kota Cimahi dalam penanganan Covid-19 sepertinya masih belum siap. Terbukti, ruangan yang seharusnya dikosong untuk pasien yang sudah seharusnya dipakai untuk ruangan isolasi ODP/PDP.

“Jadi pada saat ada pasien yang betul-betul membutuhkan, harus mendapatkan perlakuan yang tidak seharusnya,” ketusnya.

Mestinya, pemerintah bisa mencari alternatif lain untuk menyiapkan ruangan terhadap pasien wabah Covid-19 ini. Jangan lantas memakai ruangan yang sifat khusus.

“Kasiankan, pasien yang seharusnya bisa masuk keruangan, tapi harus kembali karena ruangannya penuh,” ungkap Jo.

Setelah tidak mendapatkan ruangan, katanya, akhirnya pihak keluarga dengan terpaksa mengembalikan perawatannya kepada bidan dimana tempatnya lahir. Namun itupun tidak berlajut lama.

“Karena ketersediaan oksigen yang dibutuhkan tidak mencukupi. Lalu kami mencoba peruntungan dengan mendatangi RS IMC. Alhamdulilah akhirnya kami mendapatkan ruangan,” ucapnya.

Ia berharap, ada bantuan dari pihak yang mau peduli, karena keluarga dari sang bayi ini merupakan keluarga kurang mampu. Terlebih dampak PSBB yang memaksanya berhenti sabagai seorang sopir angkot. (agil)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *