Menelusuri Nasib Pekerja/Buruh (Catatan Anak Pesisir)

- Jurnalis

Minggu, 24 Mei 2020 - 01:01 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tutun Suaib, SH

Tutun Suaib, SH

Oleh: Tutun Suaib, SH (Ketua YLBHI Gorontalo Cabang Gorut)
Gorontalo

Ditengah virus Corona (Covid-19), sangat terasa dan berakibat kelumpuhan terhadap perekonomian masyarakat, serta memicu konflik sampai memuncak khusus ketenagakerjaan.

PHK di PLTU sangat banyak, peran pemerintah sebagai pengambil kebijakan harus bertanggung jawab atas nasib rakyat ditengah virus Corona yang seakan-akan diam seribu bahasa, terutama terhadap korban PHK di PLTU yang terdampak virus Corona.

Sungguh miris, pekerja/buruh menjadi korban PHK PLTU, padahal mereka telah menunaikan kewajiban sebagai pekerja/buruh demi mendapatkan sesuap nasi. Tapi bukan untuk kepentingan diri sendiri melainkan untuk menghidupi anak, istri bahkan keluarga.

Baca Juga :  Sulitkah Mengatasi Pandemi Covid-19 Beserta Dampaknya ?

Mengapa para pemenangku kepentingan susah memahaminya? Kenapa hanya diam? Bukanya pekerja/buruh memiliki hati nurani? Banyak kasus terkait pekerja/buruh dijadikan pesuruh atau budak. Seharusnya mereka disetarakan sebagai karyawan tetap, karena mereka manusia bukan hewan. Bahkan gaji tak pantas diterima, kadang anggota tubuh ataupun nyawa melayang demi mendapatkan pundi-pundi rupiah dan sesuap nasi.

Wahai para pemangku kepentingan, perjuangkan hak mereka, karena mereka telah menuntaskan kewajiban sebagai pekerja/buruh. Oleh karenanya berbagai persoalan dihadapkan kepada pekerja/buruh selain gaji tak masuk akal, mereka sering mengalami diskriminasi, tidak memiliki jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek), tidak memiliki pasangon, sistem yang diterapkan sistem Outsourcing, PHK sering terjadi tanpa alasan jelas, bahkan tidak memiliki libur, baik libur setiap minggu, libur nasional, maupun libur hari-hari besar.

Baca Juga :  Mengenal Tiga "Warna" Pemilih +62

Betapa mirisnya yang dihadapi dan dirasakan pekerja/buruh PLTU. Padahal Indonesia Negeri kaya, baik kaya Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM), tapi masih ada sisa-sisa kolonialisme yang suka menerapkan sistem perbudakan.

Apakah mereka senang melihat para pekerja/buruh mati kelaparan? Mengapa hal ini terjadi? Bukannya Indonesia menyatakan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945? (*)

Berita Terkait

Masa Depan Energi Indonesia: Generasi Muda Harus Melek Teknologi Hijau
RTK PMII Komisariat Trunojoyo IAI NATA Sampang Mandek
Politik dan Cahaya Puasa
Putusan MK Bukan Lonceng Kematian
Dilematik Pertambangan Tanpa Izin di Gorontalo
Fenomena Banjir dan Longsor
Meneguhkan Semangat Transformasi Menuju Standardisasi Kampus Global
Meneropong Polemik Pergantian Admin Siskeudes di Gorut
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 14 April 2025 - 13:32 WIB

Masa Depan Energi Indonesia: Generasi Muda Harus Melek Teknologi Hijau

Selasa, 8 April 2025 - 21:14 WIB

RTK PMII Komisariat Trunojoyo IAI NATA Sampang Mandek

Sabtu, 1 Maret 2025 - 16:06 WIB

Politik dan Cahaya Puasa

Sabtu, 22 Februari 2025 - 21:50 WIB

Putusan MK Bukan Lonceng Kematian

Minggu, 9 Februari 2025 - 16:03 WIB

Dilematik Pertambangan Tanpa Izin di Gorontalo

Berita Terbaru

Caption: ilustrasi korban kasus pencabulan.

Hukum&Kriminal

Kasus Cabul Gadis Pamekasan, Dua Terduga Belum Ditangkap

Jumat, 30 Mei 2025 - 17:37 WIB

Caption: Desa Bumi Bahari Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato, (dok. regamedianews).

Daerah

Merasa Difitnah, PT LIL Akan Tempuh Jalur Hukum

Kamis, 29 Mei 2025 - 20:39 WIB

Caption: Pengurus SMSI Madura Raya saat dilantik di Pendopo Keraton Agung Sumenep, (dok. regamedianews).

Daerah

Pengurus SMSI Madura Raya Dikukuhkan

Kamis, 29 Mei 2025 - 15:25 WIB