Surabaya || Rega Media News
Langkah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Sandiaga Salahuddin Uno yang mengajak seluruh insan pariwisata dan ekonomi kreatif Tanah Air mensukseskan program vaksinasi Covid-19 yang dijalankan pemerintah, mendapat sambutan positif dari organisasi tour leader yang ada di tanah air.
Organisasi tersebut adalah Indonesian Tour Leader Assosition (ITLA), organisasi bernaungnya para tour leader itu berharap, agar Sandiaga Salahuddin Uno bisa memfasilitasi anggota untuk bisa mendapatkan vaksin.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Humas ITLA Susanti Lianto kepada regamedianews.com, Kamis (4/2/21).
“Kita pengurus ITLA sangat mendukung pemerintah dalam program vaksin dan berharap kepada Pak Sandiaga melalui ibu Tetty Ariyanto sebagai ketua umum agar permintaan prioritas vaksin bagi para Tour Leader dapat dikabulkan. Kami meminta bantuan pak Mentri agar para anggota bisa mendapatkan vaksin tersebut, sebagaimana aspirasi dari para member dan juga dikemukakan oleh member DPD Jatim pak Tri Adiwijaya pada rapat pleno,” ujarnya.
Juga ditambahkan, bahwa tour leader merupakan insan pelaku pariwisata aktif yang selalu berada di garis terdepan dalam mempromosikan Indonesia demi membantu pendapatan negara.
Oleh sebab itu, para TL tersebut tentunya memerlukan perlakuan khusus, terutama dalam rangka menjaga imunitas tubuh, agar tetap sehat dan terlindungi dari bahaya virus yang mengintai seperti Covid-19.
Tidak hanya sampai disitu, ada beberapa faktor lainnya yang kenapa ITLA meminta Pak Sandiaga membantu vaksinasi anggota adalah berdasarkan pada aspirasi dari pengurus DPD ITLA Jatim Tri Adiwijaya dan permintaan para member juga pengurus lain yang) disampaikan kepada rapat sebagai berikut :
1. Dari segi medis: Vaksin harus diberikan 2 kali vaksinasi dengan interval waktu 2 minggu. dan setelah itu membutuhkan waktu penumbuhan imun antara 3 – 4 minggu, jadi total waktu yg diperlukan dari mulai vaksin pertama masuk sampai vaksin ada perlu waktu sekitar 1.5 bulan.
2. Dari segi ekonomi Tour leader merupakan insan pelaku pariwisata aktif dan profesi yang langsung berhubungan dengan masyarakat umum, sama seperti pejabat publik yang juga mendapatkan prioritas pemberian vaksin, Orang yang berprofesi sebagai Tour Leader rentan sekali untuk terinfeksi virus covid 19.
3. Profesi kita ini ( Tour Leader ) terkena dampak yang sangat parah dan nyata dari pandemi ini. Hampir 85% pelaku profesi ini sudah tidak bekerja sejak Maret 2020 saat pemerintah indonesia menyatakan adanya kasus covid 19 pertama kalinya dan saat dunia sdh mulai menutup pintu bordernya.
Otomatis sejak maret 2020 sampai dengan saat ini pun kebanyakan para Tour Leader masih belum bisa bekerja membawa rombongan terutama ke luar negeri.
Prioritas pemberian vaksin adalah harapan satu-satunya bagi para Tour Leader agar setidaknya punya asa dan harapan untuk kembali bekerja dan berkarya lagi dan juga mengharumkan nama bangsa lewat sektor pariwisata.
4. Adanya permintaan outbound tour walaupun dalam jumlah terbatas, seperti ke Turki, UEA dan Saudi Arabia untuk keperluan umroh tetap ada bahkan sampai bulan January 2021, ini membuat profesi TL sangat rentan apabila tidak segera dilindungi dengan vaksin.
Beberapa Tour Leader yg beruntung mendapatkan job, sebenarnya sudah berkorban dengan mengambil resiko yang sangat besar sekali dengan mengabaikan kesehatan dirinya sendiri hanya sekedar untuk menafkahi keluarganya.
Kalaupun akhirnya mungkin harus terinfeksi covid atau bahkan meninggal mereka pun sudah pasrah, karena merasa lebih memilih tetap dapat memberikan nafkah bagi keluarga.
Pemberian prioritas vaksin covid 19 untuk kami Para Tour Leader dapat memberikan perlindungan dan kepastian kesehatan juga kepercayaan diri serta tidak perlu merasa was was saat kami dipanggil untuk kembali bertugas memimpin rombongan ke dalam dan luar negri.
5. Belum dimasukannya profesi pelaku pariwisata aktif termasuk profesi TL dalam skema prioritas pemberian vaksin oleh pemerintah, menyebabkan kami tidak tahu kapan kami akan diberikan jatah vaksinasi, Padahal pariwisata adalah salah satu sumber penerimaan untuk pemerintah.
Meskipun sektor outbound (mengantar turis indonesia ke Luar Negeri), tapi sumbangsih penerimaan negara tetap ada melalui transaksi penjualan tiket baik domestik maupun internasional serta penjualan kamar hotel (bagi peserta daerah yang wajib menginap sebelum hari H di kota keberangkatan) juga penjualan tas bagasi dan cabin size, penukaran mata uang asing yang dibutuhkan selama tour berlangsung.
“Dan ini berkaitan satu sama lain dan ikut memutar perekonomian bangsa dan negara. Beberapa alasan tersebut yang membuat kami ITLA merasa berhak meminta prioritas dalam pemberian vaksin Covid-19,” pungkasnya. (rd)