Opini  

Episode 2, Cerita Si Bolot Pemimpin Yang “Tuli”

Caption: Mohamad Yusrianto Panu.

Bolot yang dulunya dianggap sebagai Tokoh teladan dan pahlawan pendiri Negeri Molor, kini tak lagi dapat dipercaya oleh banyak kalangan di Negeri Molor. Sebab, setelah mendapatkan kekuasaan, ia bukan menjadi sosok pahlawan mewujudkan cita-cita luhur didirikannya Negeri Molor, malah berubah menjadi sosok pemimpin yang memperpanjang tidurnya Negeri Molor, dan penderitaan rakyat di negeri itu, (Episode 1, Cerita Si Bolot Pemimpin Yang “Tuli”).

Sebelum Bolot menjadi pemimpin sementara di Negeri Molor menggantikan Kacipu yang telah mangkat, ia adalah Patih di Negeri Molor. Telah lama sebenarnya, ia mendambakan untuk menjadi pemimpin di Negeri Molor. Malangnya, meski telah beberapa kali berupaya untuk mendapatkan kekuasaan, ia kerap kali gagal karena selalu tertolak oleh para Tokoh dan sebagian besar rakyat di Negeri Molor.

Hingga kemudian di suatu ketika, Bolot akhirnya mendapat kedudukan strategis dan dapat sedikit berkuasa, setelah diangkat Kacipu sebagai Patih di Negeri Molor. Hal ini dilakukan Kacipu, untuk memberikan tempat bagi Bolot sebagai Tokoh pendiri Negeri Molor, di dalam struktur pemerintahannya. Dengan begitu, Bolot mendapatkan ruang yang besar untuk mewujudkan cita-cita luhur didirikannya Negeri Molor.

Pertimbangan lain Kacipu mengangkat Bolot sebagai Patih Negeri Molor, sosoknya yang cerdas dan ahli dalam membuat konsep pembangunan. Kemampuan intelektual dan ketelitiannya dalam berpikir, diharapkan mampu menutupi kekurangan sistim pemerintahan Kacipu, yang selama ini berjalan dengan tidak memperhatikan prinsip kehati-hatian, sehingga sering melanggar berbagai aturan dan ketentuan di Negeri Molor. Sistim itulah yang kemudian, membuat pemerintahan Kacipu menjadi amburadul.

Sayangnya, harapan Kacipu dan tujuannya mengangkat Bolot sebagai Patih Negeri Molor, bagaikan menanam jagung di gunung memanen banjir di kampung. Pasca diangkatnya menjadi Patih, pada awalnya ia sangat membantu dalam pemerintahan Kacipu, namun seiring berjalannya waktu, dan Bolot lebih jauh mulai melaksanakan tugas-tugasnya sebagai Patih Negeri Molor, ia kemudian tergoda oleh bisikan-bisikan para abdi setianya, sehingga mengambil kebijakan yang berakibat banyaknya para Tokoh, tidak mendapatkan ruang gerak di Negeri Molor.

Akibatnya, pemerintahan Kacipu yang selama ini dinilai banyak kekurangannya, karena sistemnya yang kerap kali menabrak aturan dan ketentuan di Negeri Molor, dirong-rong oleh para Tokoh tersebut. Keadaan ini, disadari oleh Kacipu sebagai ancaman bagi tahta dan pemerintahannya. Mengingat, para Tokoh ini bukanlah orang sembarangan, dan dapat mematahkan kekuasaannya. Kacipu, yang pada akhirnya mengetahui Bolot menjadi biang kerok atas persoalan tersebut, akhirnya tak menaruh kepercayaan lagi terhadap Bolot.

Hilangnya kepercayaan Kacipu terhadap Bolot, merembes pada sedikit kewenangan yang diberikan kepada Bolot. Kacipu menarik kembali kekuasaan itu, dan memberikan kekuasaan tersebut kepada Perdana Menteri Negeri Molor yang baru, bernama Vladimir. Kacipu kemudian memerintahkan Vladimir yang baru mendapatkan posisi Perdana Menteri menggantikan Perdana Menteri yang lama itu, segera melakukan berbagai upaya untuk mengatasi persoalan yang ditimbulkan oleh Bolot.

Dengan kepiawaiannya berupaya mengatasi persoalan yang ada, Vladimir kemudian berhasil meredam semua gerakan para Tokoh yang merongrong pemerintahan Kacipu, dan berhasil mengembalikan stabilitas keharmonisan di Negeri Molor. Kacipu yang merasa puas dengan hasil upaya Vladimir, selanjutnya terus memberikan kepercayaan dan kekuasaan kepada Vladimir, untuk memperlancar terselenggaranya pemerintahan di Negeri Molor dengan aman dan tertib.

Merasa kedudukannya sebagai Patih melemah karena tak lagi diberikan kekuasaan oleh Kacipu, Bolot kemudian sakit hati kepada Kacipu dan merasa iri terhadap Vladimir. Dalam benaknya, mengapa Vladimir yang hanya Perdana Menteri diberikan kepercayaan dan berkuasa layaknya seorang Patih atau Raja. Kemana mana Bolot menceritakan curahan hatinya, sebagai Patih yang tersakiti. Hal ini dilakukan Bolot, supaya ia mendapat simpati dari banyak orang, sehingga orang-orang percaya bahwa ia adalah Patih yang tersakiti. Padahal, ia tak lagi diberikan kepercayaan oleh Kacipu, karena ulahnya sendiri yang tak mampu mewujudkan harapan Kacipu. Ia telah kehilangan apa yang selama ini dikagumi oleh Kacipu, karena tak mampu membendung godaan kekuasaan duniawi yang ia dapatkan.

Bolot akhirnya berhasil mendapatkan simpati dari para Tokoh Majelis Negeri Molor, atas bantuan dari seorang Tokoh Majelis Negeri Molor yang bernama Hasyim. Rupanya, Bolot dan Hasyim mempunyai ikatan hubungan emosional sebagai sesama murid Padepokan Hijhit milik Maha Guru Empu Batara. Bolot yang telah memainkan drama Patih yang tersakiti itu, ternyata adalah Kakak seperguruan Hasyim. Keduanya pun, kemudian membuat kemufakatan terselubung untuk saling menguntungkan jika Hasyim berhasil membantu Bolot menumbangkan Kacipu.

Strategi untuk menjatuhkan Kacipu menggunakan kekuatan para Tokoh Majelis di Negeri Molor, mulai dilancarkan. Tujuannya, untuk merebut kekuasaan yang berada di tangan Kacipu. Namun sialnya, Kacipu saat ini mempunyai Perdana Menteri yang selalu setia menjadi tamengnya, saat diserang oleh orang-orang yang mengganggu kekuasaannya. Sebagai abdi dalam, Perdana Menteri memang disumpah untuk selalu setia dan menjaga Rajanya. Vladimir juga, bukanlah orang biasa-biasa saja, ia memiliki banyak keahlian yang mumpuni sebagai seorang Perdana Menteri dan Tokoh yang sangat tangguh di Negeri Molor.

Sampai di suatu hari, pada pertemuan rahasia di tapal batas Negeri Molor, Bolot dan Hasyim menyusun strategi untuk bagaimana menyingkirkan Vladimir lewat tangan kekuasaan Kacipu. Karena sebagai abdi dalam kerajaan, hanya Kacipu orang satu-satunya yang dapat membuat Vladimir tersingkir. Niat busuk Bolot dan Hasyim mulai dimainkan, satu persatu para tokoh Majelis Senat Negeri Molor diprovokasi oleh Hasyim. Isu yang dihembuskan oleh Hasyim, Kacipu selama berkuasa dengan tahtanya di Negeri Molor, suka sewenang-wenang dalam mengambil kebijakan, sehingga kebijakan yang diambilnya tak jarang selalu melanggar aturan di Negeri Molor sendiri.

Akibatnya, rakyat menjadi menderita dan banyak masalah yang timbul dari kesewenang-wenangan Kacipu, sebagai Raja di Negeri Molor. Sehingga, solusi untuk mengakhiri penderitaan rakyat di Negeri Molor dan agar Negeri itu menjadi Negeri yang makmur, Kacipu harus diturunkan dari tahtanya sebagai Raja. Setelah terprovokasi oleh isu dari Hasyim itu, para Tokoh Majelis di Negeri Molor langsung mengadakan pertemuan, untuk membahas gerakan mereka dalam melakukan kudeta terhadap Kacipu. Demi melancarkan gerakan tersebut, dibentuklah pasukan khusus untuk menyerang istana dan menangkap Kacipu hidup atau mati.

Begitupun dengan para abdi dalam yang setia dengan Kacipu, mereka menjadi target penculikan hidup atau mati, apabila menjadi penghalang bagi pasukan khusus saat melakukan penyerangan terhadap istana Kacipu. Tugas pasukan khusus Majelis Negeri Molor itu akhirnya berhasil, Kacipu berhasil ditangkap hidup-hidup oleh pasukan khusus Majelis Negeri Molor, bersama para abdi dalamnya. Setelah ditangkap, Kacipu bersama para abdi dalamnya itu dibawa dan disekap di sebuah gedung tua di sudut Kota Raja.

Bersambung…
Penulis: Mohamad Yusrianto Panu