Pamekasan || Rega Media News
Bupati Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Baddrut Tamam meresmikan pesantren berbasis agri Santriprenuer di Pondok Pesantren Sumber Bungur, Kecamatan Pakong.
Pada kesempatan itu, proses penandatanganan kerjasama antara Bupati Pamekasan, Kemenag Pamekasan dan Lembaga Pengembangan Pertanian NU (LPPNU) Pamekasan disaksikan langsung oleh para ulama, tokoh masyarakat, dan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait. Termasuk pembicara ahli dari UGM Yogyakarta, Prof Ali Agus.
Dimulainya program kemandirian pesantren tersebut ditandai dengan tabuh gong yang dilanjutkan dengan penanaman bibit pisang cavendish, penanaman bibit ikan lele dan nila, pemberian pakan ayam dan pemantauan lokasi lahan pertanian pondok pesantren Sumber Bungur.
“Kegiatan ini adalah bagian dari bentuk fasilitasi sarana belajar bagi generasi muda di kalangan santri menumbuhkan semangat santriprenuer di bidang pertanian dan juga sebagai sarana kemandirian pesantren,” ujar Bupati Baddrut Tamam.
Menurutnya, adanya program tersebut sebagai upaya menjaga ketahanan pangan di kalangan santri. Sehingga, partisipasi pondok pesantren membangun kemandirian santri melalui program itu harus digalakkan.
“Kemenag RI sebagai pemegang kebijakan pesantren, kami Pemkab Pamekasan kebijakan di bidang pertanian dan LPPNU sebagai pembimbing dan juga bisa menjadi off taker. Tentunya mitra-mitra lainnya untuk pengembangan pertanian di pesantren untuk tumbuh kembangnya Agri Santriprenuer akan terus berkembang,” tandasnya.
Dikatakan, pihaknya akan menfasilitasi pondok pesantren yang ingin berpartisipasi mensukseskan ketahanan pangan di negeri ini melalui program kemandirian pesantren berbasis agri santriprenuer di 13 kecamatan.
Sementara itu, Kepala Kemenag Pamekasan, Mawardi mengungkapkan, kemandirian pesantren melalui inkubasi bisnis menjadi salah satu perhatian dari Kementerian Agama RI. Agri Santriprenuer harus dikembangkan sebagai gerakan jihad ketahanan pangan dari santri untuk santri.
“Karena pesantren memiliki potensi itu semua, sehingga nantinya santri-santrinya saat berada di pesantren tidak hanya menjadi konsumen dan bisa menjadi bekal setelah nantinya kembali dalam lingkungan sosial di luar pesantren,” pungkasnya.