Daerah  

APTI Gelar Tanam Raya Tembakau 2022 di Pamekasan

Caption: Bupati Pamekasan Baddrut Tamam saat memberikan sambutan di depan para petani tembakau.

Pamekasan || Rega Media News

Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Menggelar Tanam Raya Tembakau 2022 sekaligus menandatangani petisi di Pamekasan tepatnya di Dusun Tengah, Desa Samatan, Kecamatan Proppo. Kabupaten Pamekasan.

Ratusan petani tembakau Pamekasan ikut menandatangani petisi Together We Grow : Selamatkan Mata Pencaharian Petani Tembakau.

Kegiatan tersebut dihadiri oleh Bupati Pamekasan, Badrut Tamam, Soeseno selaku Ketua DPN Asosiasi Petani Tembakau Indonesia, Ajib Abdullah,Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Peternakan (DKPPP) Pemkab Pamekasan dan DR Zainal Abidin, Dosen Ekonomi Pertanian Universitas UPN Veteran Surabaya ,

Petisi ini sebagai komitmen bersama memperjuangkan tembakau bukan hanya sebagai sumber pemberdayaan ekonomi, namun juga budaya dan warisan yang telah mendarah daging.

Menanam tembakau bagi para petani sama dengan menanam harapan. Apalagi mengingat beberapa bulan terakhir, petani dihantui oleh cuaca yang tidak bersahabat, membuat mereka kesulitan menanam tembakau.

Alhasil, tanam raya tembakau di sebagian besar daerah nusantara, yang biasanya dapat dilakukan di bulan April-Mei, mundur hingga akhir Juni.

”Melalui acara dan pertemuan ini, mari kita kuatkan komitmen dan kolaborasi memajukan tembakau. Kita bersyukur masih tetap bisa melaksanakan gelar tanam, semoga diberikan rezeki berlimpah bagi para petani tembakau,” tutur Badrut Tamam.

Pemkab Pamekasan, sebut Badrut, berkomitmen untuk membantu mensejahterakan petani tembakau sebagai bagian dari prioritas pembangunan perekonomian desa. Diakuinya, perlu cara yang konkret untuk memenuhi komitmen tersebut.

“Kami bantu fasilitasi pelatihan melinting bagi para pekerja tembakau, kami bantu peralatannya, kami berikan akses penyertaan modal dengan bunga rendah, kami sediakan marketnya lewat keberadaan warung mitra rakyat. Ayo kita bergandengan tangan seluruh elemen masyarakat dan pemerintah agar kita makmur bersama-sama demi kualitas hidup yang semakin lebih baik,”tegas Badrut Tamam.

Ia menambahkan, Pemkab Pamekasan kini tengah menyusu grand design kawasan industri hasil tembakau (KIHT). Badrut Tamam  menyebutkan bahwa KIHT adalah bukti nyata komitmen pemerintah menyiapkan fasilitas bagi ekosistem pertembakauan sehingga terwujud kerja sama lintas elemen, instansi dan organisasi.

“Maka jangan kita saling curiga, bersama-sama kita berjuang. Kita wujudkan kerjasama tripartit : petani, pemerintah dan pabrikan. Kita pastikan manajemen produksi dan harga dapat berjalan baik. Semua sesuai porsi dan tanggungjawab,” ujarnya.

Di sisi lain, ketua APTI Soeseno menjelaskan bahwa saat ini, harapan menanam petani tembakau tidak hanya terhalang guyuran hujan yang menyebabkan kematian tanaman tembakau.

Namun, kondisi saat ini, tanaman tembakau diterjang berbagai isu negatif. Mulai dari isu kesehatan hingga pencemaran lingkungan. Belum lagi ratusan regulasi nasional maupun regional yang berdampak pada petani tembakau di sisi hulu ekosistem pertembakauan.

“Kita para petani harus bersatu menyelamatkan tembakau. Tembakau telah memberikan kontribusi dan sumbangsih yang cukup besar bagi penerimaan negara. Termasuk penyerapan tenaga kerja. Ada 2.5 juta petani tembakau, 1.5 juta petani cengkeh, dan sekitar 2 juta tenaga kerja manufaktur hingga industri kreatif yang diserap oleh ekosistem pertembakauan,” jelasnya.

“Mari kita berjuang agar tembakau nusantara tetap lestari. Kita serukan bahwa petani tembakau di kabupaten ini tetap eksis. Madura sebagai jantung pertembakauan nasional, masih hidup, masih semangat menanam,” imbuhnya.

Tembakau, adalah kultur, budaya yang telah diteruskan turun-temurun di Madura. Sehingga menanam tembakau bagi masyarakat Madura adalah bagaimana budaya itu hidup dan berkembang.

“Dengan segala regulasi yang belum berimbang dan menekan, kita tunjukkan bahwa kita masih tetap semangat menanam,. Hidup petani tembakau,” tegas Soeseno.

Sementara itu, Samukrah, Ketua APTI Pamekasan, menuturkan meski cuaca kurang bersahabat namun beberapa petani ada yang menanam hingga tiga kali, karena tanaman pertama dan kedua mati akibat hujan.

“Mereka yang masih tetap menanam hingga tiga kali, karena petani optimistis hujan berhenti pada akhir Juni dan pada Juli cuaca cerah dan semoga tidak ada hujan,” kata Samukrah.

Pamekasan sebagai sentra produksi tembakau Jawa Timur (menyimbang kontribusi 60 persen) yang juga mendukung ketersediaan tembakau nasional, tahun ini, diperkirakan lahan yang sudah ditanami seluas 1.400 hektare.

Dibandingkan Juni 2021 lalu, karena saat itu cuaca bagus, luas lahan tembakau yang ditanami sebanyak 15.000 hektare. Sementara luas areal tembakau yang tertanam pada 2021 lalu, hampir 24.000 hektare.

“Sampai hari ini, tembakau sudah menjadi bagian erat dari keseharian masyarakat Pamekasan. Mari kita lestarikan!,” tegas Samukrah.