Pamekasan || Rega Media News
Penyekatan yang dilakukan Pemkot Surabaya dan Pemprov Jatim Sejak 6 Juni lalu yang diberlakukan bagi pengendara dari arah Madura menuju Surabaya, dinilai telah menebar ketakutan dan berdampak besar terhadap pelaku pariwisata di Madura, sehingga terjadi penurunan omset.
Hal tersebut disampaikan ketua Asosiasi Pariwisata Madura (Asprim) Ahmad Vicky Faisal dalam press releasenya, Senin (14/6/21).
Menurut Vicky, kebijakan tersebut sangatlah diskriminatif dan seolah telah membuat seakan semua warga Madura terjangkit, padahal hanya 3 kecamatan di Bangkalan yang terjadi zona merah.
“Penurunan omset hingga 90%. Banyak karyawan yang dirumahkan sementara. Bus wisata yang rata-rata 30-50 bus masuk ke Madura setiap harinya, jadi tak ada lagi. Hunian tamu hotel anjlok. Muncul kalimat “Jangan Ke Madura!,” ujarnya.
“Sebuah ketakutan yang beredar luas, sehingga wisatawan dan warga luar Madura tak satupun yang mau berkunjung. Ini jelas merugikan kami sementara pemerintah tak punya solusi atas dampak yang timbul,” ungkap Vicky.
Vicky juga berharap, blokade dan penyekatan hanya dilakukan di wilayah zona merah, agar tidak terkesan Madura secara keseluruhan telah terpapar dan zona merah Covid-19. Dirinya berpesan agar kebijakan tersebut tidak menimbulkan konflik baru.
Asprim juga berharap, agar Pemerintah Kabupaten Bangkalan segera bertindak dengan melakukan blokade dikawasan zona merah di wilayahnya.
“Tentunya berharap Pemkab bangkalan bertindak cepat mengatasi lonjakan kasus sehingga kondisi segera mereda dan pariwisata Madura segera pulih,” pungkasnya.