Bogor,- Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, menggelar Piloting Gerakan Mandiri Pangan (Gema Pangan).
Kegiatan tersebut, melalui Direktorat Pengembangan Sosial Budaya dan Lingkungan Desa dan Perdesaan (PSBLDP).
Dilaksanakan di Kantor Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (4/9/25).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Direkrur PSBLDP Andrey Ikhsan Lubis mengatakan, stabilitas harga dan pasokan pangan bergantung pada stabilitas ketahanan nasional.
Menurutnya, kondisi geopolitik yang tidak menentu, akan berdampak pada pasokan cadangan pangan pemerintah.
“Ini mengkhawatirkan jika dibiarkan, karena mempengaruhi kelangkaan pangan,” ujarnya.
Ketahanan Pangan Nasional bergantung penuh, pada kemampuan ditingkat daerah hingga lingkup desa.
Sebab, seluruh persoalan bangsa merupakan hal tak terpisahkan dari desa, mayoritas penduduk Indonesia 90% ada di desa.
“Posisi desa saat ini menjadi garda terdepan, dalam menjalankan program strategis nasional,” tandas Andrey.
Sejalan dengan itu, Kementerian Desa dan PDT telah menerbitkan kebijakan Kepmendes 3 Tahun 2025.
Mengamanatkan alokasi untuk kegiatan ketahanan pangan, sebesar 20% dana desa, dikelola BUMDes/Lembaga Ekonomi dan semacamnya.
“Ekosistem pasar harus sinergi, ketika satu desa memiliki komoditas,” ungkap Andrey.
Maka desa lain, sebaiknya tidak meniru komoditas yang sudah ada, melainkan menciptakan ekosistem lain.
“Seperti menciptakan pasar, pabrik packaging, atau offtaker,” bebernya.
Selain pemenuhan kebutuhan pangan desa terpenuhi, juga menambah nilai ekonomi warga desanya.
Menurut Andrey, solusi praktis saat ini untuk memulihkan ketahanan pangan dimulai dari pemanfaatan potensi pangan lokal.
Termasuk partisipasi masyarakat dan penguatan kelembagaan (BUMDes, Koperasi, Pasar).
Lanjut Andrey, goals yang diharapkan adanya jaminan bagi petani, pelaku pasar dan pasar itu sendiri.
“Tentunya, menjadi satu kesatuan ekosistem yang saling mengisi dan mendukung ketahanan pangan,” pungkasnya.
Penulis : Red
Editor : Redaksi