Tugas pasukan khusus Majelis Negeri Molor itu akhirnya berhasil, Kacipu berhasil ditangkap hidup-hidup oleh pasukan khusus Majelis Negeri Molor, bersama para abdi dalamnya. Setelah ditangkap, Kacipu bersama para abdi dalamnya itu dibawa dan disekap di sebuah gedung tua di sudut Kota Raja. (Episode 2, Si Bolot Pemimpin Yang “Tuli”).
Satu-satunya tokoh yang lolos dari penyerangan dan penculikan saat itu, adalah Perdana Menteri Vladimir. Ia lolos berkat ketangguhan para punggawanya yang melawan serangan pasukan khusus Majelis Negeri Molor. Dengan berbekalkan senjata Pla Plud, sebuah senjata yang terbuat dari bambu, pasukan khusus Majelis Negeri Molor berhasil dipukul mundur oleh para punggawa Vladimir.
Sementara itu, di dalam gedung tua tempat Kacipu dan para abdi dalamnya disekap, telah berkumpul para Tokoh Majelis Negeri Molor. Dihadapan para Tokoh Majelis Negeri Molor, Kacipu bersama para abdi dalamnya, diperlakukan seperti tawanan perang yang akan diperiksa dan diadili. Anehnya, Si Bolot juga berada di situ dan menjadi korban penculikan juga, serta diperlakukan sama dengan Kacipu dan para abdi dalamnya.
Ternyata, keberadaan Bolot di tempat itu sebagai korban penculikan, adalah bagian dari skenario rencana busuk Hasyim dan Bolot. Ini dilakukan, agar Kacipu tidak curiga terhadap Bolot, yang menjadi salah satu dalang intelektual penyerangan pasukan khusus Majelis Negeri Molor ke istana. Di tempat itu, ia juga bersikap seolah orang tak berdosa terhadap Kacipu. Saat dibawa ke samping Kacipu, ia bersikap seolah seperti sahabat yang ingin melindungi Kacipu.
Tibalah suasana yang sangat menegangkan di dalam gedung itu, dimana Kacipu diminta dengan paksa oleh Majelis Negeri Molor, untuk segera menyingkirkan Perdana Menteri Vladimir, dengan alasan Vladimir telah membuat kegaduhan di Negeri Molor. Tidak hanya membuat kegaduhan, Vladimir juga dituding oleh mereka, telah berbuat banyak hal di luar batas kewenangannya sebagai Perdana Menteri. Menurut mereka lagi, Vladimir telah banyak merugikan banyak pihak di Negeri Molor.
Majelis Negeri Molor mengancam, akan menggulingkan tahta Kacipu apabila ia tidak memenuhi permintaan mereka. Kacipu setelah mendengar permintaan Majelis Negeri Molor yang dibarengi dengan ancaman kepada, serta semua tudingan yang dilayangkan kepada Vladimir, langsung merasa dilema mengambil keputusan sebagai jawaban kepada Majelis Negeri Molor. Dibenaknya, baru kali ini Ia dihadapkan dengan pilihan sesulit itu.
Jauh di lubuk hatinya, semua tudingan yang diarahkan ke Vladimir itu menurut Kacipu tidaklah benar. Ia mengetahui persis, bagaimana Vladimir melaksanakan tugasnya sehari-hari. Selama mengemban tugasnya, Vladimir adalah sosok yang sangat dicintai oleh rakyat, dan sebagian besar bawahannya. Vladimir selalu memberikan solusi di setiap persoalan yang terjadi di Negeri Molor. Meski, tak jarang Vladimir sering berdebat dengannya, apabila kebijakan yang diambil Kacipu berlawanan dengan hukum yang berlaku di Negeri Molor.
Tak hanya itu, karena sosok Vladimir yang dikenal sebagai pemberi solusi di setiap persoalan, Kacipu juga telah banyak mendengar orang-orang sering menjuluki Perdana Menteri Vladimir, sebagai Tokoh Solusi Kebuntuan Negeri Molor. Namun, ia harus mengambil keputusan, memilih menolak permintaan Majelis Negeri Molor dan melindungi Vladimir, atau menuruti permintaan Majelis Negeri Molor.
Jika ia memilih menuruti permintaan Majelis Negeri Molor, maka ia harus mengorbankan Perdana Menteri terbaiknya, yang selama ini sepak terjangnya memperbaiki segala kekurangan Kacipu dalam pemerintahan. Tetapi jika ia menolak dan memilih mempertahankan Vladimir, maka ia bersama kroni-kroninya serta tahta yang selama ini dalam genggamannya, akan bernasib buruk bahkan terlepas. Pada akhirnya, Kacipu dengan berat hati dan dengan perasaan sedih yang mendalam menyetujui permintaan Majelis Negeri Molor.
Kacipu mengambil keputusan itu, bukan karena percaya dan membenarkan semua tudingan yang dilayangkan kepada Vladimir, akan tetapi ia menyadari, apabila ia menolak permintaan Majelis Negeri Molor, akan banyak korban yang berjatuhan di kemudian hari. Sebab, konflik kepentingan dan perang saudara di Negeri Molor akibat dari keputusannya itu, tidak akan terelakan lagi. Mendengar Kacipu menyetujui permintaan mereka, Majelis Negeri Molor langsung merasa lega dan senang. Apalagi Hasyim dan Bolot, sebab tahap awal strategi busuk mereka berdua telah sukses berjalan dengan mulus.
Kacipu dan para abdi dalamnya kemudian dibebaskan dari penyekapan itu, begitupun dengan Si Bolot yang berpura-pura juga sebagai korban penculikan. Setelah terbebas, Kacipu bersama abdi dalamnya kembali ke istana. Sesampainya di istana, Vladimir bersama para punggawanya nampak sudah menunggu untuk menyambut Kacipu bersama para abdi dalamnya di pintu gerbang istana.
Saat Kacipu hendak memasuki istana, dengan rasa haru dan bahagia Vladimir langsung mengucapkan selamat dan hendak sungkeman dengan Kacipu. Ternyata, Kacipu dan Vladimir adalah saudara sedarah satu Ayah. Keduanya merupakan anak dari Empu Tinular, yang merupakan Guru Besar Padepokan Angin Timur. Sejak kecil hingga dewasa, keduanya dibesarkan di tempat terpisah. Kacipu dibesarkan di di padepokan dengan belajar memperdalam ilmu spritual, sementara Vladimir dibesarkan di luar padepokan dengan memperdalam ilmu kanuragan dan taktik perang.
Saat sungkem dengan Kacipu, tangan Kacipu kemudian menyentuh kepala Vladimir. Vladimir setelah itu berdiri di hadapan Kacipu, menunggu titah yang akan diturunkan Kacipu. Dengan meneteskan air mata, Kacipu memandangi wajah adiknya itu, teringat olehnya pesan terakhir mendiang Empu Tinular kepada mereka berdua, saat dipertemukan di ruang meditasi Empu Tinular. Kala itu, Empu Tinular berpesan kepada mereka berdua, untuk selalu saling melindungi dari berbagai ancaman apapun, saling mengingatkan dalam segala hal, serta saling mendukung dalam berbagai kebaikan.
Dengan bibir gemetar dan basah oleh linangan air mata, serta dengan suara yang sayup nan lembut Kacipu berkata kepada Vladimir, jika suatu hari ia mengambil keputusan yang akan menyakiti Vladimir atau membuat Vladimir merasa terdzalimi, maka hanya keputusan itu yang harus ia lakukan untuk melindungi banyak orang. Apalagi, menurut Kacipu dengan kondisi umurnya yang telah renta, ia tak akan lama lagi akan melepaskan tahtanya, dan tak ingin kepemimpinannya berakhir dengan konflik.
Bersambung…
Penulis: Mohamad Yusrianto Panu