Opini  

Thariq dan Nilai-Nilai Dasar Perjuangannya

Caption: Thariq Modanggu, (dok. regamedianews).

Penulis: Mohamad Yusrianto Panu/Jurnalis dan Penggiat Literasi.

Seorang sahabat sesama penulis, sempat membuat tulisan tentang Thariq Modanggu dengan Kabupaten Gorontalo Utara (Gorut) yang belum selesai. Tak hanya itu, baru-baru ini dirinya pun kembali merilis tulisan menarik lagi tentang Thariq Modanggu, yang bertajuk “Thariq dan Keceriaan Kurban”.

Bagi sebahagian orang, mungkin saja kedua tulisan ini beraroma politik yang syarat akan kepentingan mengejar kekuasaan, apalagi, saat ini Kabupaten Gorut dalam masa persiapan menghadapi momentum pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tahun 2024.

Tetapi bagi saya, kedua coretan tangan penulis yang akrab saya sapa Kang Zulmus ini, adalah tulisan yang mempunyai makna yang lebih mendalam dan lebih luas dari sekedar coretan kepentingan politik, atau bahkan sebagai sarana memuluskan Thariq Modanggu jika ingin tampil lagi sebagai kompetitor, pada Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Kabupaten Gorut Tahun 2024.

Seperti tulisannya tentang Thariq dan Kabupaten Gorut yang belum selesai. Tulisan ini merangsang pikiran dan kesadaran saya lagi tentang siapa Thariq Modanggu, dan hubungannya dengan Kabupaten Gorut di masa lampau, hari ini, dan di masa yang akan datang. Sehingga, entah mengapa, saya terpikir membuat tulisan ini.

Jika berbicara tentang Thariq Modanggu, sosok yang sangat ditokohkan di Bumi Gerbang Emas (Gorontalo Utara) ini, memang tidak akan pernah selesai jika disandingkan dengan Kabupaten Gorut. Bagaimana tidak, Thariq bukanlah orang yang hari ini tinggal “menikmati” hasil dari dimekarkannya Kabupaten Gorut, tetapi Thariq, adalah “Founding Father” Kabupaten Gorut.

Berkat perjuangan Thariq, yang tentu saja dengan tokoh-tokoh pejuang pemekaran Kabupaten Gorut lain yang dipimpinnya, Bumi Gerbang Emas dapat memisahkan diri dari kabupaten induknya yakni Kabupaten Gorontalo, dan menjadi daerah otonom yang berdiri sendiri dan berkewenangan mengatur dirinya sendiri.

Untuk itu, sekedar mengingatkan kembali, bahwa Thariq dan Gorut belum selesai dan tidak akan pernah selesai selama Bumi Gerbang Emas ini masih berdiri kokoh, sebab perjuangan Thariq bersama tokoh pemekaran Kabupaten Gorut dalam “memerdekakan” Bumi Gerbang Emas, telah terukir indah dalam sejarah Kabupaten Gorut.

Menariknya lagi, perjuangan Thariq dan kawan-kawan ini telah terpatri dengan jelas di hati dan pikiran sebagian besar kalangan di Bumi Gerbang Emas, sebagai maha karya yang nyata dan berdampak besar bagi masyarakat, dan sulit bahkan nyaris tak terbantahkan, sebab yang bijak pernah berkata, “Bangsa yang Besar adalah Bangsa yang Menghargai Jasa-Jasa Pahlawannya,” dan “Jangan Sekali kali Melupakan Sejarah”.

Atas dasar inilah, rasanya tidak perlu ditanyakan lagi, atau harus dijelaskan panjang lebar lagi, mengapa Thariq selalu mendapatkan tempat di hati dan pikiran masyarakat Kabupaten Gorut, meski ditengah gempuran isyu miring dan cibiran pedas saat dirinya mendapat amanah sebagai Bupati Kabupaten Gorut.

Menurut saya pribadi, yang hanya sebagai pengagum Thariq karena kecerdasan dan tulisan-tulisannya yang juga mencerdaskan, hanya satu kekurangan Thariq di Kabupaten Gorut, yakni, terlambat menjadi Bupati Kabupaten Gorut, sehingga cita-cita dan keinginan luhurnya saat berjuang untuk pemekaran Kabupaten Gorut, ikut terlambat diimplementasikan olehnya.

Setelah Kabupaten Gorut berhasil dimekarkan, Thariq tinggal hanya mendapatkan kesempatan untuk mempercepat pembangunan di Bumi Gerbang Emas agar tidak tertinggal dengan daerah-daerah lainnya, dan melengkapi kekurangan dalam sistim pemerintahan yang masih ada dalam kurun waktu satu setengah tahun.

Dalam kurun waktu yang sangat singkat untuk menilai berhasil tidaknya kinerja seorang Kepala Daerah itu, Thariq hanya dengan mengandalkan “pasukan khususnya” (Pendamping Ceria), untuk mendiagnosa dan mencari segala “penyakit” di dalam pemerintahan untuk “diobati”.

Akan tetapi, sepertinya waktu satu setengah tahun tidak cukup bahkan bisa saja memang mustahil dapat digunakan untuk melengkapi kekurangan yang ada. Apalagi, ibarat kita ingin menanam padi, yang akan tumbuh tidak hanya padi, tetap saja banyak rumput liar yang mengganggu pertumbuhan padi akan ikut tumbuh.

Andai Thariq menjadi Bupati lagi, saya percaya keadaan Kabupaten Gorut akan sangat jauh berbeda dengan kondisi sebelumnya. Pembangunan akan lebih merata dan tepat sasaran, kesejahteraan masyarakat akan menjadi lebih diperioritaskan, dan bukan semata-mata untuk tujuan kepentingan pribadi dan golongan.

Kepercayaan saya ini tidak hanya sekedar bumbu pemanis, atau hanya sebagai pencitraan terhadap Thariq dan tokoh KPK lainnya, tetapi berangkat dari penalaran yang mempunyai ukuran terhadap semangat dan cita-cita luhur Thariq dan kawan-kawan yang telah berjuang memekarkan Bumi Gerbang Emas.

Sederhananya, jika dipikir, untuk apa Thariq berjuang dengan gigih memekarkan Kabupaten Gorut? Bukankah dengan ilmu dan keahlian yang ia miliki, dirinya memiliki peluang mengumpulkan kekayaan dengan menjadi dosen yang memiliki jam terbang tinggi di berbagai kampus, guru besar atau bahkan bisa menjadi penulis yang sukses ?.

Lantas, mengapa Thariq lebih memilih berkorban waktu dan banyak hal untuk Kabupaten Gorut dan berjuang memekarkannya? Padahal, setelah Kabupaten Gorut dimekarkan, tidak membuat Thariq menjadi berkuasa, atau menjadikannya sebagai konglomerat. Dirinya mendapat kesempatan berkuasa nanti setelah mendiang Almarhum Indra Yasin menutup usianya (Alfatehah untuk beliau), dan itu pun hanya satu setengah tahun.

Ini artinya, memekarkan Kabupaten Gorut bagi Thariq bukan sebagai perjuangan atau pintuk masuk mencari kekuasaan, bahkan untuk mengeruk harta kekayaan dari situ, tetapi memekarkan Kabupaten Gorut adalah murni untuk mewujudkan visi Thariq sebagai putera daerah, yang hingga saat ini perjuangan itu belum selesai. Untuk itu, perlu saya ulang kembali, Thariq dan Kabupaten Gorut tidak akan pernah selesai.

Terlepas dari isyu-isyu miring yang mungkin saja dihembuskan kepada Thariq untuk mempengaruhi kadar ketokohannya di Kabupaten Gorut, Thariq perlu diberikan ruang dan kesempatan satu kali lagi dengan waktu yang utuh memimpin Kabupaten Gorut, dalam mewujudkan visi Thariq meraih nilai-nilai dasar perjuangannya sebagai Founding Father Kabupaten Gorut, sebab perjuangannya belum selesai.