Bangkalan,- Rektor Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Prof. Dr. Safi, menegaskan, tahun ini proses seleksi mahasiswa baru jalur nasional, ditentukan sistem.
“Baik SNBP maupun SNBT. Tidak ada lagi campur tangan kampus dalam menentukan siapa yang lulus,” ujarnya, Sabtu (26/04/25).
“Mulai tahun ini, seleksi nasional harus pure, murni 100 persen by system,” tegas Prof Safi’.
Artinya, kalau secara sistem tidak masuk, maka kampus tidak bisa lagi memberikan afirmasi seperti sebelumnya.
Menurut Safi’, kebijakan ini merupakan hasil kolaborasi antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
“Dalam rangka menjaga transparansi dan integritas proses seleksi masuk perguruan tinggi negeri,” ungkapnya.
Sebelumnya, kampus masih memiliki ruang untuk memberikan afirmasi kepada calon mahasiswa yang tidak masuk dalam peringkat sistem, namun memenuhi passing grade.
“Kini, celah itu sudah tertutup. Kalau dulu masih bisa kami afirmasi,” ujarnya.
Misalnya ada siswa yang tidak masuk peringkat, tapi nilainya memenuhi passing grade, bisa kami pertimbangkan.
“Tapi sekarang tidak bisa. Sistem yang menentukan semuanya,” tegasnya.
Safi’ menyadari, sistem ini bisa berdampak pada calon mahasiswa dari daerah tertentu, termasuk Madura.
Oleh karena itu, UTM membuka jalur afirmasi khusus, melalui seleksi mandiri bagi warga Madura dengan kuota terbatas.
“Kami tetap menjaga kearifan lokal. Dijalur mandiri, kami sediakan afirmasi untuk warga Madura. Mereka diberi prioritas, tidak dikenai biaya Iuran Pengembangan (IP),” tambahnya.
Selain jalur afirmasi, jelas Safi’, UTM juga memiliki jalur kerja sama dengan SMA yang telah menjalin kemitraan.
“Sekolah-sekolah tersebut diberi kesempatan, untuk mengirimkan siswa berprestasi yang juga dibebaskan dari IP,” bebernya.
Dengan sistem yang makin transparan dan kebijakan afirmatif di jalur mandiri, UTM berkomitmen menjaga kualitas seleksi masuk.
“Sekaligus memperluas akses pendidikan tinggi bagi masyarakat lokal,” imbuh Prof Safi’.