Nyadhar, Budaya Khas Desa Pinggir Papas

- Jurnalis

Kamis, 28 Januari 2021 - 20:05 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura (Bambang Sutrisno).

Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura (Bambang Sutrisno).

Nyadar atau disebut juga “nyader” oleh penduduk setempat merupakan suatu upacara yang dilaksanakan oleh warga Sumenep, khususnya di Desa Karang Anyar, Pinggir Papas dan sekitarnya yang dilaksanakan di sekitaran pemakaman atau biasa disebut asta yang terletak di Desa Kebundadap Timur Kec. Saronggi.

Nyader merupakan kebudayaan atau upacara adat yang dilestarikan oleh masyarakat di desa Pinggir Papas, Karang anyar dan sekitarnya sebagai bentuk rasa syukur mereka atas hasil alam mereka yaitu sebagai petani garam.

Hal ini tidak lepas dari sejarah yang berkembang di masyarakat bahwasanya leluhur mereka yang bernama Angga Suto merupakan seorang yang ahli dalam mengotak atik air laut menjadi garam. Hal ini tentu didukung oleh letak geografis desa Pinggir papas dan Karang anyar yang terletak di pinggir pantai.

Di ceritakan bahwa dahulu Angga Suto berjalan di pinggir pantai, tanpa sengaja tapak kaki beliau terkena ombak dari air laut. Dan anehnya bekas telapak kaki dari angga suto ini menjadi garam. Dari cerita tersebutlah menjadi cikal bakal peringatan tahunan nyader yang sampai saat ini terus dilestarikan oleh penduduk sekitar.

Kebudayaan nyader dilakukan setiap tahunnya sebanyak 3x dalam 1 tahun, yaitu nyader pertama dan kedua yang dilakukan di area pemakaman Angga Suto dan nyader ke tiga atau yang terakhir atau biasa disebut denga “nyader panotop” yang dilakukan di rumah masing masing warga yang mempunyai kewajiban dalam menjalankan tradisi tersebut. Yang dimaksud warga yang memiliki kewajiban yaitu setiap warga yang memiliki piring warisan atau biasa disebut “Panjhang”. Meskipun begitu banyak warga yang meskipun tidak memiliki panjhang tetap ikut melestarikan.

Baca Juga :  Aktivis "Kutu Loncat"

Kebudayaan ini dilakukan di setiap tahunnya biasanya di mulai dari hari jum’at sore hingga ke hari sabtu pagi. Namun periode waktunya hanya dapat ditentukan oleh ketua adat atau yang disebut “banga seppo”, biasanya banga seppo inilah yang menentukan waktu pelaksanaannya dan nantinya mengadakan acara musyawarah atau disebut ”parembughan” yang biasnya diadakan dua minggu sebelum hari H.

Dalam acara parembughan ini biasanya banga seppo menyampaikan bahwa pelaksanaan nyadar sudah ditentukan. Biasanya 1 minggu sebelum pelaksanaan nyader diadakan acara bersih bersih di areal kompleks pemakaman Angga Suto atau biasa disebut “ngangorap/babersen”.

Ketika hari H tepatnya hari jum’at para warga yang memiliki kewajiban atau memiliki panjhang sudah mempersiapkan sejak pagi segala keperluan atau peralatan yang nantinya akan digunakan pada sore hari yang kemudian dibawa ke rumah rumah warga disekitaran pemakaman yang disediakan mereka untuk ditempati para warga yang mempunyai panjhang sebagai andil warga desa Kebundadap Timur dalam melestarikan kebudayaan nyader.

Kemudian pada hari jum’at sore di pemakaman Angga Suto yang dihadiri oleh ketua adat atau banga seppo yang diikuti oleh banyak warga untuk memulai serangkaian acara nyader. Biasanya pada saat jum’at sore para warga di ijinkan untuk masuk langsung ke pemakaman Angga Suto untuk berziarah.

Baca Juga :  Fenomena Banjir dan Longsor

Namun, sebelum diijinkan memasuki pemakaman oleh banga seppo dibacakan do’a terlebih dahulu dari luar yang kemudian diikuti oleh masuknya bunga atau disebut “Sekkar”.

Setelah itu semua warga diijinkan masuk untuk berziarah. Ada yang unik ketika akan memasuki pemakaman para warga berdesakan untuk memperebutkan posisi pertama untuk memasuki pemakaman yang dipercaya dapat menambah keberkahan. Kemudian acara ziarah ini berlangsung sampai esok pagi.

Kemudian pada esok harinya tepatnya hari sabtu diadakan do’a bersama di halaman luar areal pemakaman, di hari ini piring warisan yang disebut panjhang diisi dengan nasi yang telah mereka siapkan sejak malam hari.

Semua pemilik panjhan berkumpul dan berdo’a bersama, kemudian acara ini ditutup dengan memakan nasi yang mereka bawa masing masing, sebagai wujud rasa syukur para warga yang memiliki kewajiban dan bentuk penghormatan kepada nenek moyang mereka yang telah memberikan ilmu pengetahuan tentang tata cara mengolah air laut menjadi garam.

Serangkaian acara tersebut diatas dilakukan ketika nyader pertama dan kedua, namun acara nyader yang ketiga hanya cukup menyediakan nasi pada piring warisan atau panjhang dan dilakukan pembacaan do’a di masing- masing pemiliknya.

Nilai-nilai yang terkandung dalam budaya diatas rasa syukur masyarakat Pinggir Papas kepada Allah SWT. Yang telah memberi rezeki terhadap masyarakat Pinggir Papas dimana budaya ini tetap terjaga dan dilaksanakannya dengan baik.

Oleh: Bambang Sutrisno
Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura

Berita Terkait

Masa Depan Energi Indonesia: Generasi Muda Harus Melek Teknologi Hijau
RTK PMII Komisariat Trunojoyo IAI NATA Sampang Mandek
Politik dan Cahaya Puasa
Putusan MK Bukan Lonceng Kematian
Dilematik Pertambangan Tanpa Izin di Gorontalo
Fenomena Banjir dan Longsor
Meneguhkan Semangat Transformasi Menuju Standardisasi Kampus Global
Meneropong Polemik Pergantian Admin Siskeudes di Gorut
Berita ini 1 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 14 April 2025 - 13:32 WIB

Masa Depan Energi Indonesia: Generasi Muda Harus Melek Teknologi Hijau

Selasa, 8 April 2025 - 21:14 WIB

RTK PMII Komisariat Trunojoyo IAI NATA Sampang Mandek

Sabtu, 1 Maret 2025 - 16:06 WIB

Politik dan Cahaya Puasa

Sabtu, 22 Februari 2025 - 21:50 WIB

Putusan MK Bukan Lonceng Kematian

Minggu, 9 Februari 2025 - 16:03 WIB

Dilematik Pertambangan Tanpa Izin di Gorontalo

Berita Terbaru

Caption: ilustrasi korban kasus pencabulan.

Hukum&Kriminal

Kasus Cabul Gadis Pamekasan, Dua Terduga Belum Ditangkap

Jumat, 30 Mei 2025 - 17:37 WIB

Caption: Desa Bumi Bahari Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato, (dok. regamedianews).

Daerah

Merasa Difitnah, PT LIL Akan Tempuh Jalur Hukum

Kamis, 29 Mei 2025 - 20:39 WIB

Caption: Pengurus SMSI Madura Raya saat dilantik di Pendopo Keraton Agung Sumenep, (dok. regamedianews).

Daerah

Pengurus SMSI Madura Raya Dikukuhkan

Kamis, 29 Mei 2025 - 15:25 WIB