Sampang,- Selain berbau dan kotor, kondisi lingkungan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Madulang 2, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Jawa Timur, terancam menjadi lahan hewan ternak.
Hal itu dipicu, lantaran sengketa lahan yang ditempati Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tidak kunjung selesai, bahkan ahli waris menjadikan lahan tersebut sebagai tempat beternak hewan peliharaannya.
Mirisnya, hampir seluruh halaman SDN Madulang 2, dipadati dengan kandang ayam, burung merpati, kambing dan sapi, hingga menimbulkan bau tidak sedap yang mengganggu kenyamanan KBM.
Ironisnya, ahli waris mengklaim lahan sekolah tersebut, akan tetap bertahan dengan hewan ternaknya, sebelum ada penyelesaian dari Pemerintah Kabupaten Sampang, melalui dinas terkait.
Alhasil, selain mengganggu kenyamanan KBM, bahkan sebagian murid lebih memilih tidak sekolah, bahkan pindah ke sekolahan lain, untuk mengenyam pendidikan dengan sarana prasarana lebih baik.
Seperti diungkapkan Samuji, salah satu wali murid mengaku, putranya jarang masuk sekolah, karena lingkungan sekolah tempat ia belajar tidak nyaman dan banyak kotoran hewan ternak.
“Jika hal ini dibiarkan, tidak menutup kemungkinan murid yang lain ikut-ikutan tidak masuk sekolah, karena sekolahnya banyak kotoran hewan ternak dan berbau,” ucap Samuji, Jumat (19/05/2023) pagi.
Sementara itu, Kepala Sekolah SDN Madulang 2 M.Fadiluddin mengatakan, pihaknya tidak mengetahui pasti asal muasal sengketa lahan sekolah tempat ia mengajar.
“Saat saya pindah disini, kondisi sekolah sudah seperti ini. Jika ada sengketa lahan bukan ranahnya, melainkan kewenangan dinas terkait (Dinas Pendidikan),” tegasnya.
Ia juga mengaku, selama mengajar di SDN Madulang 2, penurunan jumlah murid sangat signifikan, karena permasalahan sengketa lahan yang tidak kunjung selesai.
“Dampaknya, semula jumlah murid cukup banyak, sekarang menurun, bahkan memilih pindah sekolah, lantaran lingkungan pendidikan kurang baik. Kami ingin permasalahan ini cepat selesai,” pungkasnya.
Ditempat yang sama, H.Ya’qub salah satu ahli waris tetap bersikukuh, jika lahan sekolah tersebut milik orang tuanya. Bahkan, hingga saat ini pihaknya menunggu iktikad baik Pemkab Sampang.
“Sebelumnya, sejumlah petugas melakukan pengukuran tanpa etika, terpaksa dihentikan. Ini lahan milik orang tua saya, jika pemerintah mau, silahkan dirembukkan, apabila tidak, silahkan cari tempat lain,” cetusnya.